Tampilkan postingan dengan label Traveling. Tampilkan semua postingan

Liburan Singkat di Banjarbaru

Beberapa waktu lalu, aku menghabiskan waktu cuti untuk liburan ke luar kota. Tidak jauh-jauh, hanya di Banjarbaru. Sebetulnya agenda utamanya cuma pengen nonton Dr. Strange: Multiverse of Madness, tapi sayang juga sudah jauh-jauh kesini masa cuma ke bioskop. Lagipula masih ada waktu 3 hari.

Karena persiapan liburan ini dadakan, kami tidak sempat menyusun itinerary dengan baik dan terorganisir. Kalo kata suami, "yang penting nonton Dr. Strange, sisanya serahkan sama teman ku yang ngekos disana."


Aku pun oke-oke aja. Anak kuliahan kan pasti punya banyak referensi tempat wisata, pikir ku.


Hari pertama, tentu saja dihabiskan dengan perjalanan yang memakan waktu hampir 5 jam dengan kendaraan roda dua dari Tanjung. Itu pun kami berangkat pagi-pagi buta, supaya pas jalanan lengang agar lekas sampai. Malamnya kami nonton di bioskop, sesuai rencana awal.

    

Selesai nonton, aku membuka percakapan tentang rencana perjalanan selama beberapa hari ke depan ke teman suami. Tapi jawabannya membuatku sedikit panik, "kalo tempat wisata aku kurang tahu, jarang jalan soalnya. Kalo kalian maunya kulineran enak tapi hemat, ayok lah sama aku."


Deg! Aku langsung bertatapan dengan suami. Seolah sepemikiran, jadi besok kita mau kemana?


Sesampainya di hotel tempat kami menginap, aku langsung searching di internet. Sat set sat set, ketemu beberapa referensi tempat wisata. Jaringan disini lancar jaya pula karena pakai IndiHome. Akhirnya aku bisa bernafas lega.


Biar nggak kayak aku, berikut aku rekomendasikan tempat bagus yang aku kunjungi pas di Banjarbaru kemaren.


  1. Amanah Borneo Park

Salah satu tempat wisata dan edukasi yang cocok untuk semua kalangan, baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Wahana disini juga banyak, antara lain rumah terbalik, sepeda air, splash park, kids playground, rumah hobbit & rumah penyihir, taman kelinci, amanah trick art museum, area pemancingan, flying fox, sepeda udara, refleksi ikan, feeding fish, petik buah, ATV, jembatan goyang dsb. Selain itu tempat ini sangat luas gaes, tapi tenang aja ada kereta wisata yang siap ngajak kalian berkeliling.


Rumah hobbit di Amanah Borneo Park (dok. pribadi)

Penunjuk arah di Amanah Borneo Park (dok. pribadi)

Amanah Trick Art Museum (dok. pribadi)

Biaya masuknya Rp. 85.000,- per orang dan kalian bebas menikmati semua wahana yang ada (kecuali ATV & sewa alat pancing akan dikenai biaya tambahan).


Eits, kalo ngerasa segitu kemahalan, ada promo kok buat yang reservasi online di websitenya. Aku kemaren cuma bayar Rp. 69.000,- per orang di reservasi online. Praktis banget, begitu datang tinggal registrasi dan dikasih gelang tanda pengunjung.


Disini juga ada tempat jajan cemilan dan makanan berat, jadi jangan khawatir kelaperan atau kehausan yaa. Udah lengkap disediain pokoknya.


Saran ku, kalo mau kesini jangan pas siang menjelang sore gitu, biar semua wahananya bisa didatengin. Sayang juga kan, masa baru dateng tempatnya udah mau tutup aja hehehe. Oh iya, jam operasional Amanah Borneo Park dari pukul 09.00-17.00 WITA.


  1. Waduk Riam Kanan

Nggak lengkap rasanya kalo ke Banjarbaru tapi nggak mampir ke kawasan Waduk Riam Kanan, karena disini banyak banget pulau-pulau yang bagus untuk dikunjungi. Selain itu perjalanan menuju kesana juga dihiasi dengan area perbukitan yang bikin segar sejauh mata memandang.

jalan menuju ke Riam Kanan (dok. pribadi)

Sesampainya di dermaga Riam Kanan, aku kebingungan lantaran minimnya riset menuju kesini. Yang aku pengen cuma berkelotok menyeberang pulau, pulaunya yang mana aku nggak tahu. Tapi pas aku lihat list harga sewa kelotok di dermaga, harganya tidak on budget untuk ku yang cuma berduaan ini. Rata-rata memang diperuntukkan untuk rombongan yang mau memancing atau ngecamp di salah satu pulau (supaya harga sewa kelotoknya murah).


Aku putus asa. Pengen pulang aja udah. Tapi pas di perjalanan kembali ke parkiran, aku denger rombongan ibu-ibu rempong yang mau ke rumah makan lesehan. Aku ikutin dong ibu-ibu itu, siapa tahu bisa nebeng kelotok biar harga sewanya murah. Eh ternyata emang murah, tiketnya cuma Rp. 10.000,- per orangnya. Jadi dihitung per orang, bukan sewa per kelotok kayak di tempat awal tadi.


Tujuannya ke Rumah Makan Rama Sinta di Pulau Ratu, dermaganya tersendiri dan agak hidden gitu karena bentuknya kayak rumah warga. Aku aja nggak tahu kalo itu dermaga, kalo bukan karena ngikutin ibu-ibu. Terima kasih Ibu-ibu, hihi. Akhirnya aku naik kelotok juga. Pemandangannya bagus sekali.


di depan pintu masuk Pulau Ratu (dok. pribadi)

bersantuy di kafe (dok. pribadi)

Pemandangan menuju ke Pulau Ratu (dok. pribadi)

di Pulau Ratu (dok. pribadi)

Di Pulau Ratu, selain ada Rumah Makan Rama Sinta yang menawarkan menu makanan berat (cocok buat makan siang), ada juga Kafe yang menyajikan makanan ringan. Cocok buat yang cuma mau santai-santai aja sambil menikmati pemandangan.


Harganya disini bervariasi tapi masih tetap on budget kok, sangat cocok jadi pilihan buat kalian yang mau menghabiskan akhir pekan bersama keluarga, sahabat, maupun pacar (kalo ada ya wkwk)


  1. Dedaunan: Kue Apam Kenari

Buat yang mau nyari oleh-oleh kue tapi bosan sama kue yang itu-itu aja. Aku saranin coba Kue Apam Kenari. Kue ini ada di Dedaunan punya-nya Chef Agus Sasirangan dan hanya bisa kalian temukan di Cabang Banjarbaru, Banjarmasin dan Bandara Syamsudin Noor. Nah, aku yang ngerasa di kota ku nggak ada jadi pasti beli dong si Apam Kenari ini.


Ada 2 varian rasa yang ditawarkan, rasa gula merah dan pandan. Rasa kuenya nggak pelit gaes, manisnya enak ditambah dengan crunchynya taburan kenari slice bikin kue ini layak jadi pilihan buat dibawa pulang. Kalian wajib cobain deh.


Harga 1 kotaknya itu Rp. 90.000,- dengan 9 pcs Kue Apam Kenari yang semok-semok. Sayang, aku nggak sempat foto-foto penampakan aslinya, karena begitu sampai rumah langsung ludes wkwk. Layak sih jadi oleh-oleh buat keluarga.


Itu aja yang bisa aku jabarkan tentang tempat wisata di Banjarbaru yang aku ku kunjungi pas liburan kemaren, sebenarnya masih ada banyak, tapi kalian bisa search sendiri ya dari sumber lain. Atau lain kali aku bikin postingan tersendiri deh.


Dari perjalanan kali ini, Manfaat Internet benar-benar terasa karena berkat Internetnya Indonesia aku bisa tahu sedikit banyaknya tempat wisata di Banjarbaru. Meskipun nggak bisa dikunjungi semua karena waktu liburan yang cukup singkat.


Pelajaran yang bisa diambil dari cerita kali ini adalah untuk selalu mempersiapkan liburan kalian dengan membuat itinerary perjalanan dan riset tempat yang ingin kalian kunjungi. Biar nggak (hampir zonk) kayak aku wkwkwk. See u di next postingan yak.


Indahnya Riam Mambanin & Bukit Mambanin

di Bukit Mambanin, Marindi (dok. pribadi)


Jenuhnya rutinitas dan terbatasnya ruang gerak akibat pandemi covid-19, mendorong ku untuk melarikan diri ke suatu tempat yang masih dalam wilayah Tabalong. Tepatnya di Desa Marindi, Kecamatan Haruai. Berjarak sekitar 32 km dari pusat kota Tabalong, ada 2 obyek wisata sekaligus dalam satu tempat yang bisa dikunjungi. Itulah Air Terjun Riam Mambanin dan Bukit Mambanin.


Di hari aku melakukan perjalanan, cuaca sedang tidak baik-baik saja. Hujan turun lalu sesekali mereda, namun gumpalan awan masih tetap mendominasi langit. Hujan belum selesai. Sempat ada keraguan untuk melanjutkan perjalanan, tapi apa yang sudah dimulai sayang juga untuk dihentikan. Akhirnya bermodal keyakinan, kami berangkat.


Benar saja, baru setengah perjalanan hujan kembali mengguyur. Mana nggak bawa mantel lagi. Kami tetap nekat menembus hujan, tapi semakin dijalani ternyata semakin lebat. Kami pun memutuskan untuk berteduh di masjid terdekat. Hm, ternyata sesuatu yang memaksakan itu nggak baik.


Cukup lama menunggu, pukul 1 siang kami pun melanjutkan perjalanan. Hujan juga sudah benar-benar reda. Matahari sudah menampakkan sinarnya, langit biru pun tersibak diantara awan-awan tebal yang sempat menguasai hari.


Baca juga : Liburan ke Nateh


Perjalanan masih melewati perkampungan penduduk dengan jalan aspal, kemudian masuk ke belokan di sebelah rumah warga, jalanan berubah jadi perkebunan karet yang diselingi dengan rumpun pohon bambu. Sayangnya, tidak ada plang nama di titik belok yang menjadi acuan. Jadi jika kalian baru pertama kali kesini dan tidak tahu sama sekali tempat ini, kalian mungkin agak sulit menemukannya. Solusinya bisa bertanya pada penduduk sekitar.


Dari sini, jalan mulai nggak asik. Tanah becek setelah hujan sempat ditemui beberapa meter, berganti dengan jalan setapak yang sudah disemen, ya meskipun semen tapi jika dilalui setelah hujan akan jadi menantang juga. Licin oy. Ditambah lagi kontur tanah yang naik turun khas perbukitan membuat kami harus ekstra hati-hati. Hm, pantas saja teman ku yang asli orang sini tidak merekomendasikan ke Riam Mambanin setelah hujan, ternyata seperti ini toh.


Kami pun terus mengikuti jalan yang lumayan panjang, hingga terdengar suara riak air terjun. And here it is!


Fasilitas dan Biaya Wisata

Fasilitas disini cukup lengkap, sudah ada tempat parkir, juga terdapat satu WC dan satu ruang ganti untuk pengunjung. Selain itu juga ada warga yang berjualan makanan ringan dan beberapa minuman kemasan. Worth it lah ya, penolong disaat kelaparan melanda.


Untuk biayanya kami hanya membayar parkir sebesar Rp. 5000,-/kendaraan, biaya masuknya sendiri tidak dikenai. Sampai disini, entah karena sehabis hujan, suasananya benar-benar sunyi, tidak ada pengunjung lain. Hanya ada kami dan seorang petugas yang berjaga sekaligus menunggui jualannya, wah berasa seperti eksklusif yang menyewa tempat ini secara pribadi wkwkwk.



Pesona Bukit Mambanin

Kami memutuskan untuk mendaki bukit ini terlebih dahulu sebelum bermain di riam, meskipun riamnya ada di depan mata tapi kami mau kesana dulu deh.


jalan setapak menuju Bukit Mambanin (dok. pribadi)


Bukit ini sebenarnya tidak terlalu tinggi, ya namanya juga bukit dan track pendakiannya juga tidak terlalu panjang tapi medannya cukup sulit dan sedikit curam. Ditambah lagi tanah becek setelah hujan, semakin menambah tingkat kewaspadaan kami.


diatas Bukit Mambanin (dok. pribadi)


Dan nggak sampai satu jam, kami sudah sampai diatas bukit. Padahal ini cuma bukit tapi aku bisa merasakan sensasi diatas awan. Apa karena ini efek setelah hujan ya. Dari atas sini terlihat luasnya hamparan hijau, dengan rumah warga yang menyebar seperti rumah-rumahan mainan. Selain itu terlihat juga nun jauh disana sebuah perusahaan semen dengan bangunan kantor yang megah. Sayang, disekitarnya tidak ada pepohonan lagi. Dari tempat ku berdiri ini juga sering jadi tempat camping, lihat saja bekas api unggun & beberapa beras yg masih tercecer.


Yap, sudah cukup menikmati pemandangan dari atas, mari kita bermain air!!


Baca juga : Taman Bunga Poska


Pesona Riam Mambanin

Yang paling aku suka dari Riam Mambanin adalah ketika sampai di parkiran, kita nggak perlu berjalan jauh lagi menuju spot yang diinginkan karena riamnya sendiri tepat berada di samping parkiran, kita hanya perlu berjalan menurun untuk bisa sampai dibawah air terjun.


Hanya saja lagi-lagi karena setelah hujan, bebatuan jadi semakin licin. Harus ekstra hati-hati dan karena aku juga tidak membawa baju ganti, jadilah aku hanya menikmati pemandangan dari sini.


Riam Mambanin dari atas (dok. pribadi)

bebatuan di Riam Mambanin (dok. pribadi)

Sekian cerita ku saat berkunjung ke riam mambanin & bukit mambanin, saran ku jangan lupa bawa sampah kalian pulang ya, soalnya ku lihat diatas bukit banyak sekali sampah berserakan, terutama saat perjalanan menuju keatas.

Pulau Patai, Hidden Paradise of Barito Timur


Akhir pekan minggu lalu, aku mengunjungi salah satu wisata yang ada di Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah. Momentumnya pas banget karena bulan ini ada Hari Air Sedunia dan Hari Hutan Sedunia, aku bersyukur bisa berkunjung kesini. Waktu tempuhnya lumayan singkat -dari kota Tanjung- dan menurut testimoni memuaskan dari teman-teman yang pernah kesana, aku memutuskan menghabiskan waktu disini.

Adalah Pulau Patai. Sebenarnya nama tempat wisata ini adalah Wisata Alam Patai Suku Hawa (Pasuha), tapi karena terletak di desa Pulau Patai. Orang-orang lebih sering menyebutnya Pulau Patai.


Coba saja kalian search di google maps, nama Pulau Patai. Pasti yang muncul seperti location unknown, tempat yang tak terjamah, jauh dari kota dan nggak ada jalan buat kesana. Aku juga pertama kali tahu sempat berpikir, "kok bisa ya orang-orang nemu jalannya?"


Setelah ditelusuri, ternyata aku yang salah ketik kata kunci. Hahaha. Harusnya pakai kata kunci Wisata Alam Pasuha dan tadaaaa you find way to there.


Baca juga : Ngabuburit di Taman Bunga Poska


Sebelumnya juga tak banyak yang tahu kalau tempat wisata ini sudah buka dari tahun lalu, tapi karena bertepatan dengan masuknya pandemi di Indonesia membuat mobilitas pengunjung minim. Apalagi sempat diterapkannya lockdown. Beruntung sekarang, meskipun perlahan, kita sudah mulai bisa beraktivitas diluar lagi meskipun tetap harus menerapkan prokes.


But it's okay, demi kebaikan bersama.


Bermodal google maps sebagai navigator, kami pun menuju Pasar Tamiyang Layang sebagai titik temu pertama. Kemudian menuju Desa Serapat, disini google maps mulai ngaco seiring dengan jaringan yang mulai hilang-hilangan. Kami kehilangan arah.


Menurut ku, disinilah seninya melakukan perjalanan. Ketika kamu kehilangan arah ditempat yang belum pernah dikunjungi, disitu mau nggak mau kita dipaksa untuk keluar dari zonanya kita. Kita yang sebelumnya pemalu atau sehari-harinya lebih banyak diam, mau nggak mau harus berani bertanya pada warga setempat. Orang yang nggak kita kenal.


Sebagai overthinker, tentu saja banyak hal yang berseliweran di kepala ku. Tapi rasa untuk menemukan 'jalan yang benar' lebih besar dari sekadar menuruti jalan pikiran. Ternyata kami lepas dari rute seharusnya, tapi berkat clue dari warga kami menemukan jalan yang benar lagi menuju Desa Pulau Patai. Maklum, jalannya masih belum ada papan nama.


Dari belokan tersebut, kami hanya perlu terus berjalan lurus. "Desanya paling ujung," kata salah satu warga. Aku mulai overthiniking kembali.


Setelah kurang lebih 15 menit, kami pun sampai di ujung jalan beraspal. Tepat di depan kami ada jembatan kayu dengan titian yang cukup panjang, diatasnya bertuliskan ‘Wisata Alam Pasuha’.


BINGO!





Tidak butuh waktu lama kami pun parkir dan mengeksplor jembatan dengan titian kayu tersebut. Rutenya cukup panjang, menjorok ke dalam memasuki kawasan hutan. Sesekali di sampingnya ada gazebo untuk bersantai. Tapi sangat disayangkan infrastrukturnya sudah mulai rapuh karena terbuat dari kayu seadanya. Mungkin karena tempat wisata ini berjalan hanya dari warga sekitar dan tidak ada peran pemerintah daerah untuk lebih mengembangkan tempat ini.


Setelah puas mengeksplor, kami pun menuju icon Pulau Patai tersebut menggunakan perahu yang disewa dari warga, cukup membayar 25 ribu per orang. Jumlah ini untuk penumpang maksimal 6 orang. Jika kurang dari itu maka kalian harus mengeluarkan budget lebih.



Baca juga : Liburan ke Nateh


Wisata menyusuri sungai pun dimulai.









Melewati sungai yang disekelilingnya masih dipenuhi rimbunnya hutan membuat ku  merasa seperti di Kalimantan banget. Yah, seperti yang kalian tahu, hutan Kalimantan saat ini sudah banyak berkurang. Dan aku bersyukur salah satunya masih tersisa tempat ini dengan akses yang mudah dijangkau pula. Kalian harus coba merasakan sensasinya.


Tadinya ku pikir setelah keluar dari hutan kita akan langsung sampai di Pulau, eh ternyata masih terus berjalan lagi. Tepatnya melewati sebuah kawasan rawa yang sangat luas. Di tengahnya terdapat kerbau rawa dan kandangnya. Sesekali kalian akan berjumpa dengan para pemancing. Ya, kawasan ini sudah terkenal lebih dulu dikalangan para pemancing lokal.


Tapi sempat terlintas dalam pikiran ku ketika berada disini, bagaimana jika didalam rawa ini ada anaconda?


Jika kalian pernah menonton film Anaconda yang berlatar di Pulau Kalimantan, maka saat berada disini, kalian akan memikirkan hal yang sama.


But ya, itu hanya sepintas overthinking ku saja. Selebihnya tempat ini menakjubkan.








Dan kalian akan bertambah kagum lagi ketika sampai di pulaunya. Sebuah dataran luas dengan pohon yang aesthetic. Masuk ke dalam lagi, kalian akan menemukan savana luas. Menurut ku damagenya seperti di afrika, hm, atau baluran mungkin. Eh.


Oke, pemikiran ku terlalu berlebihan.


Tapi aku sangat merekomendasikan tempat ini untuk dikunjungi. Selain karena budgetnya pas dikantong dan aksesnya mudah, sensasi yang ditawarkan dari pemandangan disini lebih dari sepadan.


Oh iya, jika kalian akan kesini saran ku, bawa beberapa cemilan atau minuman sendiri karena masih belum banyak yang berjualan dan jangan lupa bawa kembali sampah kalian.


JANGAN DITINGGALKAN DISINI !


Aku cukup kecewa karena saat berada di pulau aesthetic, masih ada sampah botol air mineral disana. Hei, itu sangat tidak bertanggung jawab!


Sekian cerita dari perjalanan singkat ku di akhir pekan. Kalau akhir pekan kalian bagaimana? Adakah tempat menakjubkan atau worth it untuk melepas penat yang aksesnya mudah dan dekat dengan lokasi kalian? Mari bercerita di kolom komen yaaa..


Ngabuburit di Taman Bunga Poska


Bismillah.

Postingan pertama dalam rangkaian BPN 30 Day Ramadhan Blog Challenge kali ini aku memilih tema ngabuburit.  Ngabuburit berasal dari bahasa sunda, yang artinya kurang lebih bersantai santai sambil menunggu waktu sore. Atau dalam kamus besar bahasa indonesia, ngabuburit sendiri berarti menunggu azan maghrib menjelang berbuka puasa pada waktu bulan Ramadhan.

Untuk mengisi waku ngabuburit kali ini aku memilih jalan jalan ke salah satu tempat wisata yang baru baru ini lagi hits di kota ku. Taman Bunga Poska. Tempat ini bisa jadi alternatif pilihan buat ngabuburit di Tanjung.

Dengan waktu tempuh sekitar 48 menit dari kota Tanjung, kita bisa mengisi waktu dengan berfoto ria. Disini juga nggak dikenakan biaya masuk, kita hanya cukup bayar parkir sebesar 5 ribu rupiah, setelah itu bebas menjelajah ke sudut mana pun dari Taman Bunga ini.

Karena terbilang masih baru, di taman ini bunga nya masih belum banyak jenis dan rimbun bunganya. Hanya di beberapa spot saja sih, yang sudah terlihat rampung secara visual. Sisanya, bunga masih dalam proses bertumbuh membentuk sebuah rumpun rumpun baru yang rimbun.

Sejauh yang aku lihat, bunga matahari yang banyak mendominasi tempat ini. Sedihnya di beberapa spot, bunga mataharinya udah banyak yang layu. Hiks, aku datang disaat yang tidak tepat.

Oh iya, di sekitar taman ini juga tersedia beberapa pondok kecil, cocok banget buat bersantai bersama keluarga. Orang yang jualan juga banyak banget disini, tapi kalau berkunjung saat bulan ramadhan gini rasanya jadi sia sia aja yah wkwk

Yang aku sayangkan dari tempat ini adalah, sampahnya masih berserakan. Terutama di dekat warung warung yang jualan. Bukan kesalahan pengelola dan penjual juga sih, karena pengelola taman sudah menyediakan tempat sampah di berbagai tempat yang terlihat. Dan lagi, masyarakatnya yang tidak memiliki kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Sayang aja, kalo tempat sebagus ini nanti jadi keliatan kumuh gara gara sampah.

Berikut foto foto yang berhasil aku abadikan pas kesini.










Segitu aja dulu tentang perjalanan ngabuburit aku di Taman Bunga Poska ini. Saran aku sih, kalo kesini mending pas weekend, selain pas nggak hari kerja, juga biar nggak mengganggu jadwal ibadah kita.

Bulan Ramadhan kan kesempatan terbaik untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya pahala, jadi jangan biarkan waktunya berlalu begitu saja. Usahakan agar kita mengisinya dengan hal-hal yang positif. Lebih bagus lagi jika bernilai ibadah, agar pahala juga terus mengalir kepada kita. Aamiin.

Liburan ke Nateh


Kalo mau ngerencanain liburan itu mending gausah dari jauh jauh hari deh, takut gak kesampean soalnya. Kayak kami dong, malamnya bikin rencana, besoknya langsung go!

No wacana wacana club.

Begitulah kenyataannya gengs.

Pastinya dengan metode kayak gini juga, yang bisa ikut cuma orang orang yang siap secara waktu, fisik dan finansial, karena itulah cuma 6 orang yang bisa ikut andil dalam perjalanan kali ini.

Perjalanan ditempuh menggunakan kendaraan roda dua dari Tanjung-Birayang selama sekitar 2 jam dengan kecepatan standar cenderung pelan kek siput. Begitu sampai ke birayang pun, kita harus masuk ke perkampungan gitu lagi sampai ke lokasi yang dituju dan itu memakan waktu sekitar 30 menit dengan kecepatan standar lagi tentunya.

Dan lagi sepanjang perjalanan ini kita hanya berpedoman sama google maps sama nanya ke orang orang gitu, kita semua nggak ada yang tahu lokasi spesifik tempat yang mau dituju soalnya.
Ini pertama kali!

Hal ini bikin aku di setiap inchi perjalanannya selalu nebak-nebak penasaran, ini ntar gimana ya? Abis ini ada apa lagi ya? Jauh lagi nggak sih?

Begitu sampai ke tempat yang dituju jadi berasa surprise banget!

Pemandangan alamnya masih asri dan indah banget. Dibawah kaki pegunungan meratus, disinilah kita akan menghabiskan waktu hari ini!

Sampai ke titik tempat wisatanya ternyata tempatnya penuh banget. Tadinya ku pikir -saat melihat  asrinya alam menuju kesini terbayang tempat yang sepi- gitu taunya malah rame deng. Lagi tanggal tanggal holiday soalnya.

Tapi gapapa. Nggak mengurangi semangat kita kok untuk mengumpulkan view bagus buat foto foto.

Jauh jauh kesini buat foto foto aja nggak seru juga dong ya, biar nggak flat kita sepakat buat nyobain arung jeram. Biayanya cuma 150k dan itu udah bisa untuk 6 orang. Worth it lah..

Oiya, kalo lagi rame gini, kita harus antri buat bisa nyobain arung jeramnya. Musti sabar yaa..

Review aku setelah nyobain arung jeram disini lumayan seru lah ya, cocok banget buat yang nggak bisa berenang tapi pengen nyoba arung jeram dan buat yang berani berani takut untuk menantang adrenalin, worth it banget buat arung jeram disini.

Karena arusnya deras tapi nggak terlalu bikin kita terombang-ambing gitu, cenderung stabil sih menurut aku. Kita juga bisa minta stop juga kalo emang ada view bagus buat foto. Recommend lah buat yang pengen berburu foto dengan tema pegunungan dan sungai ala ala manjalitah wkwk

Apaansi.

Yak, berikut ini hasil foto foto yang diambil di Nateh. Mana tau setelah baca postingan ini, kalian jadi pengen kesini hehehe