Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan

Ajak Anak Melihat Pemotongan Hewan Kurban, Yay or Nay?

 


Hari raya Idul Adha baru saja berlalu, tapi suasananya masih tetap terasa. Sebab daging masih menjadi menu yang mendominasi selama seminggu terakhir. 


Tahun ini usia Hanan sudah menginjak satu tahun. Sudah asik diajak bercengkrama dan mengerti berkomunikasi. Apalagi jika dikenalkan dengan ragam binatang dari buku kesayangannya, Hanan pasti tersenyum lebar.


Hal ini membuat ku ingin menunjukkan ke Hanan bagaimana wujud asli dari hewan sapi. Kebetulan di Masjid dekat rumah ada proses penyembelihan hewan kurban. Hanya saja terbersit pertanyaan, boleh nggak ya Hanan yang berusia satu tahun melihat pemotongan hewan kurban?

Batas Usia Anak Diperbolehkan Melihat Pemotongan Hewan

Menurut psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi. yang dilansir dari klikdokter.com, sebetulnya tidak ada masalah jika ingin membawa anak melihat penyembelihan hewan. Hanya saja perlu melihat kemampuan dan respon anak dalam menyaksikan proses penyembelihan tersebut.


Sehingga lebih disarankan untuk melihat proses penyembelihan itu saat anak sudah berusia 11 tahun keatas. Sebab kondisi mentalnya sudah lebih siap dan bisa membedakan mana yang baik dan buruk.

Pertimbangan Sebelum Mengajak Anak Melihat Pemotongan Hewan Kurban

Nggak bisa dipungkiri kalau Idul Adha bisa menjadi momen untuk mengenalkan nilai keagamaan kepada si kecil. Namun jangan sampai memberikan makna yang negatif lantaran takut melihat proses pemotongan hewan. Pertimbangkan hal-hal dibawah ini sebelum kamu ingin membawa anak melihat pemotongan hewan kurban:

  1. Pastikan mengetahui ketakutan terbesar anak

Dengan mengetahui ketakutan anak, kamu bisa lebih mudah memperkirakan reaksi apa yang akan muncul saat anak diajak melihat pemotongan hewan kurban. Misalnya jika anak takut melihat darah, lalu melihat proses penyembelihan. Bisa dibayangkan responnya nanti akan ketakutan dan menangis.


Sebaiknya jangan dipaksa apabila anak sudah memberikan respon penolakan. Memaksa anak hanya akan membuat trauma pada psikologisnya.


Berbeda jika anak nggak memiliki ketakutan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan proses pemotongan hewan. Tugas kamu tinggal mendampingi anak. Kamu bisa menanyakan pendapat dan perasaannya saat menyaksikan sendiri proses pemotongan hewan kurban.



Respon menangis anak

  1. Berikan gambaran sebelum mengajak anak

Melihat pemotongan hewan pasti masih belum terbayang dalam pikiran anak. Apalagi saat pertama kali. Kamu bisa menceritakan gambaran mengenai Idul Adha dan proses kurban.


Selain memperkuat bonding dan edukasi, kamu juga bisa tahu respon anak apakah ia benar-benar tertarik ingin ikut atau malah ketakutan.

  1. Tanyakan apakah ada ketertarikan anak untuk tetap ikut

Pastikan lagi keputusan anak sebelum akan pergi. Apakah anak benar ingin ikut dan  melihat prosesnya. Jika sebelumnya anak sudah diberikan gambaran spesifik, tentu akan mudah baginya dalam menentukan pilihan.

Lakukan Ini Jika Tetap Ingin Membawa Anak Melihat Pemotongan Hewan Kurban

Memberikan edukasi dengan tetap ingin ikut melihat pemotongan hewan kurban, bisa saja tetap kamu lakukan. Namun pastikan juga untuk melakukan hal dibawah ini agar anak merasa aman:

  1. Jika baru pertama kali, kamu bisa ajak anak melihat dari jauh dulu.

  2. Lihat reaksi anak. Apakah masih nyaman atau tidak. Bila anak sudah merasa tidak nyaman, jangan diteruskan.

  3. Apabila anak merasa nyaman dan tidak terganggu, lanjutkan sambil terus memberikan edukasi.

  4. Tanyakan perasaan dan pendapat anak mengenai apa yang dilihatnya tadi. Tetap berikan edukasi agar tidak terjadi mispersepsi pada anak.



Anak merayakan Idul Adha dengan ceria

Hari raya Idul Adha memberikan makna mendalam tentang arti pengorbanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Momen ini bisa menjadi saat yang tepat untuk menambah pengetahuan anak dalam mengenal siapa Tuhannya.


Namun untuk ku sendiri, Idul Adha tahun ini aku belum sempat membawa Hanan melihat pemotongan hewan kurban. Sebab Hanannya datang ke Masjid, hewannya sudah berbentuk daging kiloan. Hehehe.


3+ Manfaat Humidifier Untuk Bayi

Bulan lalu gigi Hanan tumbuh untuk pertama kalinya, di usia 6 bulan menuju 7 bulan. Proses tumbuh gigi ini membuat Hanan demam dan pilek. Demamnya cukup tinggi, diatas 38° C. Besoknya Hanan ku bawa ke puskesmas.

Di puskesmas aku bertanya ke dokter, memangnya tumbuh gigi bisa menyebabkan demam dan pilek?


Jawabannya hanya demam yang disebabkan oleh tumbuh gigi, sedangkan pilek merupakan infeksi virus dari menurunnya imun tubuh. Wah, baru tahu.


Menghadapi anak yang sedang tumbuh gigi, demam dan pilek ini cukup merepotkan sebab Hanan jadi lebih rewel dari biasanya. Beruntung Hanan masih mau makan meskipun nggak banyak.


Tapi pileknya ini yang bikin dia menderita. Nennya cuma sebentar-sebentar. Rebahan nggak mau, maunya digendong terus. Puncaknya suara Hanan serak. Emak mulai gelisah. 


Lalu malam itu aku coba tidur menggunakan humidifier, sebelumnya memang kurang terpakai sih hehehe. Alhamdulillah Hanan jadi lebih tenang dan bisa tidur dengan nyaman. Tapi tiba-tiba.. humidifiernya mati!


Pas diperlukan malah rusak dong huhu, beruntung malam itu Hanan bisa tertidur nyenyak sampai pagi. Humidifier sendiri adalah alat yang digunakan untuk melembabkan  udara. Humidifier juga punya segudang manfaat, ini yang membuat ku merasa perlu untuk memilikinya di rumah. Apa saja manfaatnya? Simak sampai selesai.


  1. Mencegah Iritasi Kulit dan Bibir

Cuaca panas dan kering dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan bibir bayi sehingga menyebabkan gatal dan pecah-pecah. Humidifier yang berfungsi melembabkan udara agar kulit dan bibir bayi tetap lembab dan terlindungi dari iritasi.


  1. Membantu Meredakan Gejala Pilek dan Hidung Tersumbat

Sejak menggunakan humidifier, pilek Hanan sudah jauh lebih ringan. Ingusnya keluar dan Hanan pun kembali ceria.

Ini merupakan salah satu manfaat humidifier yang aku rasakan kalau humdifier memang membantu meredakan gejala pilek dan hidung tersumbat pada bayi.


  1. Membantu Mencegah Infeksi Saluran Pernapasan

Udara yang kering menyebabkan saluran pernapasan bayi lebih rentan terhadap infeksi. Karena itulah humidifier bermanfaat untuk melembabkan udara sehingga saluran pernapasan bayi tetap sehat.


  1. Membantu Bayi Tidur Lebih Nyenyak

Hidung yang pilek dan tersumbat serta udara yang kering membuat bayi nggak bisa tidur dengan nyenyak dan nyaman. Hanan mengalaminya juga kemarin. Beruntung dengan humidifier yang melembabkan udara bisa membuat Hanan tidur nyenyak malam itu



Hampir semua manfaat humidifier pada bayi sudah ku rasakan, makanya saat humidifier di rumah rusak. Aku nggak segan buat membeli yang baru. Kalau kalian sedang mempertimbangkan buat beli humdifier dan bertanya-tanya mengenai manfaatnya. Semoga tulisan ini membantumu, ya.


5 Tips Mengajarkan Bahasa Baru ke Anak


Mengetahui bahwa ada begitu banyak manfaat mengajarkan ragam bahasa ke anak yang bisa kalian intip disini, membuat ku mulai mencoba mencari beberapa tips yang bisa dan mudah diterapkan ke anak. Mumpung Hanan masih bayi jadi bisa merencanakan dulu beberapa kegiatan edukatif untuknya hehehe. Berikut tips mengajarkan bahasa baru ke anak..

  1. Dimulai Sejak Dini

Umumnya proses belajar ini bisa dimulai dari usia 2-3 tahun karena anak sudah mulai mudah mempelajari sesuatu. Tapi kalau mau lebih dini lagi, Moms bisa mulai ajari dari usia dibawah dua tahun dengan membiasakannya membacakan buku berbahasa asing, misalnya bahasa inggris. Supaya anak terbiasa dengan kosakata dan penyebutannya.


  1. Buat Proses Belajar Menyenangkan

Anak-anak cenderung termotivasi untuk belajar jika merasa senang dan menikmati prosesnya. Proses belajar yang menyenangkan adalah dengan pendekatan yang disukai anak melalui aktivitas yang disukainya.


  1. Gunakan Metode yang Sesuai Dengan Usia dan Minat Anak

Penggunaan metode yang tepat sesuai dengan usia dan minat anak mendorong anak menjadi antusias dalam belajar. Misalnya jika anak suka membaca, Moms bisa membacakan buku anak berbahasa asing sesuai usianya.


Source: canva

Lalu jika anak aktif, Moms bisa mengajarinya dengan bermain permainan tertentu diiringi lagu berbahasa asing sederhana yang mudah diingat oleh anak. Dengan demikian selain meningkatkan bonding antara Moms dan si kecil, proses belajar jadi nggak membosankan baginya.


  1. Jadilah Panutan

Jika Moms ingin anak fasih berbahasa inggris atau asing lainnya, Moms juga harus menggunakan bahasa tersebut untuk percakapan sehari-hari. Sehingga pelan-pelan anak akan jadi terbiasa menggunakan bahasa tersebut dalam kesehariannya.


  1. Beri Kesempatan Anak Untuk Berlatih

Hal terpenting dari belajar adalah mengamalkan atau mempraktekkan ilmunya. Jika bahasa baru yang dipelajari bisa diterapkan dengan baik, beri kesempatan anak untuk berlatih melalui membaca, menulis dan berbicara. Biarkan ia berkreasi dengan kreativitasnya sambil Moms dampingi aktivitasnya.


Begitulah tips yang bisa Moms terapkan untuk mengajarkan bahasa baru ke anak. Moms bisa  berkreasi agar anak menyukai proses belajarnya.

Manfaat Mengajarkan Ragam Bahasa ke Anak


Beberapa hari terakhir aku lagi keranjingan nonton youtube channel Kimbab Family. Mood banget setiap liat videonya, kayak bikin semangat buat menerapkan ilmu parenting gitu juga ke anak. Semoga bisa yah hahahah.


Salah satu yang aku suka dari banyak alasan kenapa aku menyukai channel Kimbab Family adalah karena mereka menggunakan dua bahasa di rumah. Bahasa Indonesia dan Bahasa Korea. Pertama kali aku liat video mereka, aku takjub kayak kok bisa ya mereka saling mengerti satu sama lain padahal bahasa yang digunakan berbeda. Ini salah satu hal yang aku suka dan nggak sabar nunggu update video baru.


Belakangan aku baru tahu kalau mengajarkan ragam bahasa ke anak punya banyak manfaat, antara lain,


  1. Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak

Tentu saja kemampuan anak yang sudah terbiasa dengan ragam bahasa sejak dini lebih baik, berbeda dengan anak yang hanya terbiasa dengan satu bahasa. Hal ini karena mereka belajar membedakan berbagai bunyi dan pola bahasa sejak dini, serta memiliki kesempatan untuk berlatih menggunakan bahasa tersebut.


  1. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Anak

Belajar bahasa baru membutuhkan pikiran yang kreatif dan kritis. Anak yang mempelajari bahasa baru akan terlatih untuk berpikir jernih dan memecahkan masalah dengan baik.


  1. Meningkatkan Kreativitas Anak

Seperti sudah disinggung sebelumnya, bahwa anak yang belajar ragam bahasa sejak dini punya pemikiran kreatif. Anak-anak yang kenal dengan ragam bahasa memiliki lebih banyak peluang untuk mengekplorasi ide dengan lebih banyak kata-kata dan cara untuk mengekspresikan diri.


  1. Meningkatkan Pemahaman Anak Tentang Budaya Lain

Setiap bahasa memiliki karakteristik dari budayanya masing-masing. Dengan belajar bahasa baru, secara tidak langsung anak akan mempelajari pula budaya lain sehingga anak akan lebih terbuka terhadap perbedaan dan memiliki nilai toleransi tinggi.


  1. Meningkatkan Peluang Kerja Anak di Masa Depan

Manfaat mengajarkan ragam bahasa sejak dini memiliki manfaat jangka panjang, sebab di masa depan peluang kerja lebih luas karena ia bisa dan terbiasa berkomunikasi dengan beberapa bahasa asing.


Banyak juga ya Moms, manfaat mengajarkan ragam bahasa ke anak. Pantesan Trio Mini-Yeon (sebutan untuk anak-anak Kimbab Family) pada pinter-pinter semua. Yuk Moms, mulai pertimbangkan untuk mengajarkan ragam bahasa ke anak.

Cerita Menghadapi Bayi GTM Pertama Kali


Awal Mula GTM

Sore itu setelah pulang dari posyandu, aku dibuat overthinking dengan pertumbuhan Hanan. Sebab naiknya nggak banyak. Berat badannya cuma naik 2 ons dan tinggi 1 cm. Setiap bulan tingginya memang konsisten naik 1 cm, namun berat badan memang nggak naik signifikan selama dua bulan terakhir ini.


Di usia 5 bulan kemarin, naiknya cuma 3 ons. Padahal saat ku lihat tabel pertumbuhan bayi, seharusnya naik sekitar setengah kilo. Alhasil di grafik pertumbuhan Hanan, titiknya berada di tengah-tengah area hijau muda dibawah.


Bu kader bilang, sebenarnya bagus selalu ada kenaikan pertumbuhan setiap bulan tapi kalau titiknya masih berada di grafik hijau bawah itu mulai warning sebaiknya untuk MPASI nya lebih digalakkan lagi biar berat badannya naik. Okey, itu PR emak. Kalau dulu ngejar target kerjaan, sekarang ngejar target BB anak. New challenge unlocked.


Namun dua hari dari posyandu, Hanan mogok makan. GTM pula. Aku syok seketika. Mengejar target BB anak nggak semudah yang aku bayangkan.


Karena berorientasi pada target, aku cenderung memaksa Hanan untuk makan. Mumpung sesi makan 30 menitnya belum selesai pikir ku, tapi gregetnya Hanan malah menutup mulutnya semakin rapat. Bahkan saat aku menyuapi dengan paksa pun lidahnya mendorong sendok untuk keluar. Jadinya makanan belepotan kemana-mana dan masuk ke hidung. Pecahlah tangis Hanan.


Aku yang terlalu memikirkan target dan omongan orang ini malah memarahi Hanan. Ya kalau bayi keliatan kurus kan pasti ibunya yang disalahkan. Kemudian tangis Hanan mereda, namun sejak saat itu sesi makan nggak lagi menyenangkan untuknya.


Hanan selalu menutup mulut daat sendok mau masuk. Selalu mengalihkan pandangannya ke arah lain, bahkan di situasi sedang sunyi. Nggak ada distraksi saat itu. Sekalipun aku mengarahkan wajahnya untuk menatap ku, ia selalu menunduk. Perubahan sikap Hanan membuat ku semakin stres. Hanan kenapa? Apa mau tumbuh gigi ya?


Aku ingat salah satu tips dari dr. Tan, kalau bayi tumgi itu dia agak sensitif jika makan dengan sendok. Solusinya suapi dengan tangan. Aku pun mempraktekkannya. Tapi hasilnya.. tetap GTM. Aku yang nggak sabar kembali membentak Hanan sampai dia nangis lagi. Beruntung Ayahnya dengan sigap mengambil alih sesi makan. Sementara aku menjauh dulu dari Hanan.


Saat aku menjauh, aku mendengar gelak tawa Hanan dan dia dengan suka rela membuka mulutnya bersama Ayah. Nggak kayak sama aku tadi. Aku menyadari ternyata aku yang menjadi penyebab Hanan GTM. Aku merasa sangat bersalah.


Cara Ku Memulihkan Sesi Makan Bersama Hanan

Setelah menyadari kesalahan yang ku lakukan, aku memperbaikinya dengan cara berikut.

  1. Membangun kembali kepercayaan dan bonding dengan Hanan

Hal yang pertama aku lakukan adalah memperbaiki hubungan ku dengan Hanan saat makan. Ia yang nggak mau menatap wajah ku saat makan bisa jadi karena trauma ku marahi beberapa hari lalu. Hari itu dengan bantuan Suami, kami membuat suasana makan ceria sampai Hanannya juga ikut ketawa.

Dan Hanan berhasil makan sampai habis. Yaampun senang sekali setelah sekian lama dia nggak makan sampai habis.


  1. Nggak memaksakan Hanan makan lagi

Belajar dari yang sudah-sudah, nggak akan ada drama pemaksaan lagi. Mau sebanyak apapun sisa makanananya, kalau Hanan sudah nggak mau lagi. Berhenti.

Parenting Nikita Willy udah pernah bilang, kalau jangan memaksa anak untuk makan. Tapi si emak ngeyel ini nggak percaya kalau nggak ngerasain langsung eh jadinya kejadian juga kan. Huhu, kapok.


  1. Menyesuaikan tekstur

Salah satu penyebab drama GTM ini ternyata karena Hanan tumbuh gigi. Aku baru tahu dua hari setelah drama GTM ini berlangsung.

Sebelum tahu kalau mau tumbuh gigi, aku mikirnya karena dia nggak suka makanan yang ku buat. Mama ku bahkan menyarankan untuk nambahin gulgar ke makanannya. Aku hampir tergiur ngelakuin karena saking putus asanya sama GTM ini. Beruntung suami ngingetin lagi tujuan ku. Aku sedang ikhtiar sebelum usia 1 tahun, no gulgar dalam makanan. Efeknya nggak sekarang sih, tapi nanti.

Akhirnya aku tetap bikin menu MPASI seperti biasa, tapi aku coba bereksperimen dengan tekstur. Sebelumnya Hanan suka dengan bubur yang agak kental, sekarang aku coba cairkan teksturnya. Dan dimakan dengan mudahnya tanpa penolakan.


  1. Pastikan Anak dalam kondisi lapar

Aku mengusahakan nggak menyusui Hanan selama sekitar 1-2 jam sebelum makan. Cara ini cukup efektif membuat Hanan menghabiskan makanannya dengan lahap.

Beda kalau dia habis menyusu, kemudian makan. Makanannya cuma dimakan separo.


  1. Utamakan kebutuhan Ibu

Kita selalu mengutamakan kebutuhan anak dan suami, sampai lupa kalau diri sendiri juga perlu diperhatikan. Aku baru sadar, di hari aku marah-marah sama Hanan. Aku belum sarapan.

Pagi-pagi bikin bekal buat suami, MPASI untuk anak, sedangkan buat diri sendiri lupa. Apalagi belum mandi. Hih, rasanya pagi-pagi bawaannya mau marah-marah. Uring-uringan. Negative vibes banget. 

Saat aku mengubah kebiasaan buruk itu, efeknya beneran terasa. Aku hanya perlu menyelesaikan diri ku sendiri dulu baru mengurus anak dan suami. Kalau sudah, rasanya lebih ikhlas melakukannua dan semangat dalam menjalani hari. Bener-bener definisi si Ibu harus waras dulu sebelum memberikan cintanya ke keluarga.


Begitulah cerita ku pertama kali menghadapi bayi ku GTM. Semoga bermanfaat dan ada hikmah yang bisa diambil dari cerita ini ya. Jumpa lagi.

Prinsip Mengasuh Bayi Ala Montessori


Montessori cukup populer belakangan ini, apalagi di kalangan pendidikan anak usia dini (PAUD). Seiring dengan banyaknya tingkah laku balita yang belum mampu kita pahami semua, Montessori hadir sebagai pembelajaran agar kita mampu memahami dunia mereka. Sehingga diharapkan hubungan antara orang tua dan anak dapat terjalin dengan baik. 


Namun tahukah Moms, ternyata prinsip montessori nggak hanya bisa diterapkan pada balita, tapi juga pada bayi. Berdasarkan buku The Montessori Baby, aku akan menjabarkan apa saja prinsip mengasuh bayi ala Montessori. Simak sampai selesai..


Montessori itu apa?

Montessori adalah metode atau filosofi pembelajaran yang memandang bahwa tiap anak (dan bayi) itu unik, mereka memiliki cara belajar, minat, dan timeline perkembangannya masing-masing. Jika dahulu anak-anak hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh guru (orang dewasa), maka dalam Montessori setiap anak bebas menemukan apa yang ingin ia pelajari sesuai dengan minatnya.


Prinsip Penting Montessori

Filosofi Montesori berlandaskan pada prinsip dasar yang mengharuskan kita untuk memahami fitrah, karakteristik dan kebutuhan anak kita. Itulah kunci utama untuk menerapkan Montessori pada bayi. Adapun detail dari prinsip penting Montessori sebagai berikut:

  1. Pikiran Anak Itu Menyerap

Anak-anak sejak usia lahir sampai sekitar enam tahun sedang dalam kondisi pikiran khusus yang memungkinkannya untuk menyerap ragam karakteristik dan kultur dari lingkungan sekitarnya.

Pikiran yang menyerap adalah alat bantu luar biasa, namun pemanfaatannya tergantung pada bagaimana penggunaannya. Keberadaan alat bantu ini menyediakan segudang peluang, sekaligus segudang tanggung jawab.

Dengan mengetahui hal ini, kita sebagai orang tua bisa memanfaatkan karunia besar ini untuk memberikan teladan tingkah laku yang ingin diteraokan oleh anak kita, berbicara dengan bahasa yang kaya, dan memberi mereka banyak pengalaman. Karena kita tahu bahwa sejak lahir anak-anak sudah menyerap itu semua sehingga menjadi bagian yang tidak terpidahkan pada diri mereka.



  1. Bayi Juga Manusia (Kecenderungan Manusiawi)

Manusia itu terlahir dengan fitrah alami atau insting. Kecenderungan alami tersebut memandu perilaku, persepsi, dan reaksi manusia terhadap pengalaman tertentu.

Ketika kita mampu memahami apa kecenderungan alami yang mendorong perilaku bayi, kita bisa lebih tanggap dalam menafsirkan dan menanggapi kebutuhan bayi. Adapun sejumlah kecenderungan manusiawi yang kentara pada anak usia dini yaitu orientasi, keteraturan, komunikasi, eksplorasi dan aktivitas, pemecahan masalah, pengulangan, serta citra abstrak dan imajinasi.


  1. Periode Sensitif

Periode sensitif adalah waktu ketika bayi memiliki ketertarikan atau minat tak tertahankan akan sesuatu. Sesuatu yang dimaksud bisa berupa tindakan, keterampilan, atau aspek tertentu pada lingkungan. Indikasi ketika bayi sedang dalam periode sensitif adalah ia menunjukkan ketertarikan atau perhatian yang intens pada hal tertentu.

Ada beragam periode sensitif, antara lain gerakan mulai dari berguling, merangkak hingga berjalan. Selain itu ada pula periode sensitif bahasa, pengenalan makanan padat dan benda kecil.


  1. Pengamatan

Ketika kita sudah mengetahui fitrah dari pikiran bayi, kebutuhannya, kecenderungannya dan cara kerja periode sensitif. Kita dapat memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk mengasuh anak kita dengan melakukan pengamatan pada bayi. Dengan mengamati, kita bisa mengenali bayi sebagai individu dan memberikan respon yang sesuai dengan yang mereka butuhkan.

Pengamatan diperlukan untuk memahami dan mengikuti perkembangan bayi, menyadari usaha dan kemampuan bayi, mengenali periode sensitif, dan mengenali serta menyingkirkan rintangan yang menghambat perkembangan bayi.


Itu dia prinsip dasar dalam mengasuh bayi ala Montessori. Penjelasan lebih detail bisa kalian jumpai pada buku The Montessori Baby karya Simone Davies & Junnifa Uzodike. Tapi buat yang malas baca buku, aku akan membagikan beberapa tips lain mengenai Montessori bayi di blog ini. Nantikan postingan ku selanjutnya.

5 Manfaat Membacakan Buku Pada Anak


Sebelumnya aku pengen puasa beli buku mengingat rak buku di rumah sudah penuh. Beberapa bahkan masih ada yang belum terbaca. Tapi setelah punya anak, keinginan tersebut ku urungkan.

Aku rutin membeli buku lagi, bukan untuk ku melainkan untuk Hanan. Sebab kegiatan membacakan buku pada anak memiliki segudang manfaat. Mau tahu apa saja? Simak sampai selesai ya..

  1. Mengasah kemampuan berbahasa dan menumbuhkan minat membaca

Otak anak terutama bayi sedang dalam fase menyerap apapun yang didengar dan dilihatnya. Maka dengan rutin membacakan buku pada anak bisa mengasah kemampuannya dalam berbahasa. Moms bisa juga membacakan buku dengan bahasa selain bahasa indonesia supaya anak kenal dengan beragam bahasa sejak dini.

Manfaat lainnya ialah memperkaya kosakata baru, meningkatkan kemampuan memahami dan menggunakan struktur kalimat yang lebih kompleks, sehingga menumbuhkan minat membaca.

Otak anak yang sudah terbiasa menyerap ragam informasi baru membuat rasa ingin tahunya tinggi dan semangat dalam belajar banyak hal.

  1. Merangsang fungsi otak dan kognitif

Membacakan buku menjadi kegiatan yang membuat anak fokus pada gambar di buku dan suara Moms, sehingga membuat konsentrasinya meningkat. Ini memungkinkan otak untuk membangun dan memperkuat koneksi antar saraf yang membuat otak anak berkembang. Otak yang berkembang membuat anak berpikir lebih kritis dan kreatif, meningkatkan daya ingat dan kemampuan memecahkan masalah.

  1. Mengembangkan imajinasi dan kreativitas

Membacakan buku pada anak seperti membukakan dunia baru bagi mereka melalui imajinasi yang mereka bangun. Hal jni menjadi kesempatan bagi anak untuk bebas berkreasi dan berekspresi, juga meningkatkan kemampuan anak untuk berpikir imajinatif dan abstrak. 

  1. Menjalin hubungan yang kuat antara orang tua dan anak

Tentu saja momen membacakan buku pada anak ini dapat membangun bonding kedekatan yang hangat antara orang tua dan anak, serta bisa menjadi kesempatan untuk orang tua menanamkan nilai-nilai kehidupan dan moral dalam berperilaku kepada anak.

  1. Meningkatkan kecerdasan emosional

Dengan membacakan buku, anak dikenalkan dengan beragam emosi sehingga membantunya pula untuk memahami perasaan dan emosi orang lain. Selain itu keterampilan dalam sosial dan komunikasinya juga bisa berkembang.


Untuk memaksimalkan manfaat membacakan buku kepada anak, ada beberapa hal yang bisa Moms perhatikan, yaitu:

  1. Pilihlah buku yang sesuai dengan usia dan minat anak.

  2. Gunakan suara yang ekspresif dan intonasi yang menarik saat membaca.

  3. Berhentilah sejenak untuk bertanya kepada anak tentang pemahaman mereka terhadap cerita.

  4. Biarkan anak berinteraksi dengan buku, seperti menunjuk gambar atau menirukan suara karakter.

  5. Ciptakan suasana yang nyaman dan tenang untuk membaca.

Ternyata banyak juga ya manfaat membacakan buku pada anak. Setelah ini mulai sediakan waktu untuk membacakan buku pada anak ya, Moms.