Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

Serba-serbi Tradisi Ramadhan

 


Bulan Ramadhan selalu disambut dengan sukacita, bahkan dari beberapa bulan sebelumnya. Dalam Islam pun memang dianjurkan memperbanyak ibadah puasa sunah, sedekah dan membaca Al-Qur'an dari bulan Rajab agar saat bertemu bulan Ramadhan, mental kita dalam beribadah semakin siap dan terbiasa menjalaninya.


Momen sukacita di bulan Ramadhan melahirkan ragam tradisi yang dengan sendirinya menjadi kebiasaan masyarakat dalam menyambut dan mengisi bulan Ramadhan supaya lebih bermakna. Apa saja serba-serbi tradisi yang umum selama Ramadhan? Simak sampai selesai.


  1. Gotong Royong Membersihkan Masjid

Di tempat ku mulai dari H-3 sebelum Ramadhan, masyarakat sudah mulai bergotong royong membersihkan masjid atau surau setempat sebagai persiapan untuk kegiatan Ramadhan nanti. Contohnya shalat tarawih berjamaah dan tadarus Al-Qur'an.

Aku belum pernah ikut gotong royong sih, karena ini biasanya bapak-bapak yang turun tangan.


  1. Ziarah ke Makam Keluarga

Ziarah ke makam keluarga yang sudah meninggal atau nyekar lah istilahnya, biasa dilakukan sebelum Ramadhan, menjelang hari raya atau setelah shalat ied. Yang dilakukan saat nyekar biasanya membaca doa, menabur bunga, membersihkan makam dari beberapa rumput liar, atau kalau ketemu sanak keluarga lain jadi bisa sekalian bersalaman hari raya. Jadi ajang silaturahmi dadakan ceunah.


  1. Belanja Kebutuhan Ramadhan

Entah kenapa kalau mau menyambut Ramadhan keinginan belanja kebutuhan dapur buat Ramadhan jadi meningkat. Selain itu perubahan jam makan membuat stok makanan di rumah juga berubah. Aku sih, jadi lebih pengen belanja bahan makanan yang menunjang kemudahan ku dalam menyiapkan menu sahur dan berbuka. Karena selama Ramadhan, membuat menu yang praktis adalah kunci.


  1. Malam Tanglong

Di Kalimantan Selatan biasanya ada event Malam Tanglong di minggu-minggu akhir bulan Ramadhan. Di Tabalong sendiri malam tanglong diisi dengan pawai yang menampilkan beragam kreasi yang diikuti pemuda dari berbagai desa dan kecamatan.

Di Tabalong juga ada lomba bagarakan sahur atau batalintingan. Diadakannya malam juga, tapi bukan saat sahur seperti namanya. Lomba batalintingan ini merupakan lomba memainkan musik dan bernyanyi menggunakan alat dan bahan seadanya dan dibuat sekreatif mungkin. Kebetulan kelurahan asal suami ku selalu menang lomba batalintingan yang diadakan setiao tahunnya. Memang layak menang sih mereka. Selain properti yang digunakan dari barang bekas yang disulap jadi alat musik, lagu dan harmoni yang dibawakan juga selaras dengan alat musiknya. Jadi ya asik dan semangat dengernya.


Sekian cerita serba-serbi tradisi Ramadhan. Semoga kita semua bisa bertemu dengan Ramadhan tahun berikutnya dengan anggota keluarga yang lengkap ya. Aamiin.


Di tempat kalian, ada tradisi apa selama Ramadhan atau saat menyambut Ramadhan?

Tentang Mudik Lebaran


Nggak kerasa sudah hampir di penghujung Ramadhan, sehingga tema challenge Ramadhan kali ini tentang mudik lebaran. Jujur aku agak bingung mau menulis apa dari tema mudik ini, soalnya seumur-umur aku belum pernah mudik ke kampung halaman.


Lahir, besar, bekerja dan punya suami orang sini membuat ku nggak tahu gimana rasanya merantau. Dulu saat hampir putus asa nggak dapat pekerjaan aku sempat kepikiran ingin merantau. Baru mengutarakan pikiran, mama ku sudah overthinking takut aku kenapa-kenapa di tanah rantau. Bahkan saat memilih calon suami pun, mama ku sudah mewanti-wanti kalau nggak pengen punya menantu orang jauh. Alhamdulillahnya dapat yang diinginkan.


Tadinya untuk tema mudik lebaran ingin aku isi dengan tips mudik bersama bayi, tapi setelah dipikir-pikir aku takut tulisannya nggak make sense. Lha wong aku belum pernah ngerasain menempuh perjalanan bersama bayi.


Perjalanan terjauh ku bersama Hanan cuma ke rumah nenek Hanan (mama mertua) di kabupaten sebelah yang waktu tempuhnya cuma 1 jam. Nah lebaran nanti rencananya mau kesana, biar kayak ada yang didatengin juga heheheh.


Tapi silaturahmi ini kadang bikin overthinking juga, terlebih setelah punya bayi. Takut banget nanti Hanan disuapin makanan macam-macam. Nenek yang disini (mama ku) aja nggak hentinya aku edukasi terus biar nggak sembarangan ngasih makanan ke Hanan.


Aku sempat trust issue terkait hal ini, soalnya saat kunjungan ke rumah nenek beberapa bulan lalu. Saat Hanan masih 8 bulan, ada nenek tante yang coba cemilin es krim ke Hanan. Kasian katanya dia cuma ngeliatin aja, sementara yang lain asik makan es krim. Aku marah dong, tapi apalah daya nggak bisa yang marah banget. Ini bukan wilayah ku. Disini pola asuh jaman dulu juga masih kental. Tipikal yang kalau ditegur jawabnya pasti, “lah kamu dulu dikasih makan ini nggak apa-apa kok, sekarang aja trennya macam-macam.”


Kesal.


Setelah hari itu, aku jadi lebih mengawasi Hanan. Takut banget nanti dia disuapin macam-macam lagi. Perbedaan pola asuh yang dianut kadang bikin pusing. Padahal ada opsi untuk menghargai keputusan yang ada, tapi karena ego dan situasi yang mendukung membuat salah satu merasa lebih baik. Aku jadi serba salah.


Sekarang yang bisa aku lakukan cuma komunikasi pelan-pelan tentang aturan yang aku buat dan alasan kenapa jadi ada aturan tersebut. Harapan ku semoga bisa diterima dengan baik kalau dikasih tahu kayak gini, daripada langsung ditegur kan yak. Takutnya dibilang nggak sopan.


Kalau setelah melakukan hal tersebut masih dikomentarin yang aneh-aneh, yaudah lah aku bodo amat aja. Toh, aku nggak bisa membahagiakan hati semua orang. Kayak kata salah seorang teman blogger pas aku curhatin masalah ini, “anak ku tanggung jawab ku, jadi ikuti aturan ku.”


Bener sih, soalnya kalau kenapa-kenapa yang repot pasti emaknya. Syukur-syukur nggak disalahin juga kalau si anak ada apa-apa.


Eh ini kok jadi malah keluar curahan hati emak. Udah keluar jalur ini, tadinya kan mau cerita tentang mudik wkwkwk. Sebelum semakin jauh, aku sudahi dulu tulisan ini ya. Semoga ada hikmah yang bisa dipetik dan selamat mudik buat yang mau mudik. Semoga selamat sampai tujuan.

Momen Ramadan Tak Terlupakan

 


Setiap ikut blog challenge ramadan, selalu ada tema tentang cerita ramadan yang paling berkesan dan tak terlupakan. Kebanyakan cerita ramadan yang paling berkesan untuk ku ya di masa kecil, saat waktu ku hanya dihabiskan untuk bermain bersama sepupu dan teman-teman ku. Sebegitu berkesan memang ramadan jaman dulu.


Karena cerita ramadan bersama teman dan sepupu ku di masa kecil sudah ku ceritakan disini dan disini, maka tahun ini aku ingin bercerita tentang momen ramadan tak terlupakan saat peran ku hanya sebagai seorang anak.


Belakangan, setelah tiga tahun terakhir melalui ramadan dengan peran baru sebagai seorang istri dan ibu. Aku merasakan betul kepayahannya ibu di saat ramadan. Bangun paling awal untuk menyiapkan sahur, tetap memasak di siang hari untuk menyiapkan menu berbuka. Padahal tenaga saat sore menjelang siang itu benar-benar low battery. Bahkan saat malam bisa tidur paling akhir sebab perlu menyiapkan beberapa persiapan agar sahur nanti bisa menyiapkan menu lebih cepat dan ringkas.


Kadang aku berpikir, aku ingin egois untuk pengen tidur aja memuaskan rasa kantuk ku. Tapi sesaat kemudian aku sadar, kalau aku nggak bergerak bahan makanan tentu nggak bisa matang dengan sendirinya. Disaat seperti ini, aku hanya berharap semoga apa yang ku lakukan bisa menjadi ladang pahala.


Situasi saat ini jauh berbeda dengan aku di masa masih hanya berperan sebagai seorang anak. Dulu alarm belum sampai berdering, mama sudah membangunkan ku untuk makan sahur. Bangun sahur pun makanan sudah tersedia. Meskipun terkantuk-kantuk, aku tetap bisa makan tanpa memikirkan apapun.


Menjadi ibu menyibakkan banyak hal yang nggak aku pahami sebelumnya. Selalu dihadapkan pada situasi yang nggak aku inginkan dan nggak pernah aku bayangkan, menjadi benar-benar harus menghadapi situasi tersebut. Mau mencoba lari pun hanya akan menambah masalah. Pantas saja, para ibu itu banyak yang kuat. Kuat fisik, kuat mental.


Momen ramadan sebagai seorang anak yang menyenangkan lainnya adalah saat ngabuburit berkeliling kota bersama bapak, meskipun susah sekali mengajak bapak supaya mau jalan. Tapi sekalinya mau, rasanya menyenangkan sekali. Belum lagi kalau dibelikan kembang api yang dimainkan di malam hari. Hihihi, definisi bahagia itu sederhana nggak sih?


Aku bersyukur orang tua ku memberi pengalaman menyenangkan di masa kecil ku saat ramadan, karena berkat itu aku punya role model untuk memberi kenangan menyenangkan yang sama atau bahkan lebih dari orang tua ku dulu kepada anak ku.

Pin Your Target



Setelah menyelesaikan tantangan menulis di bulan Ramadhan, aku belum ada nulis lagi nih. Masih menikmati waktu lebaran ceritanya.

Tapi semakin kesini aku semakin terlena dan dilema, ya kalau balik hiatus nulis lagi rasanya sayang aja sama momen, ide & hasil overthinking ku yang nggak ditumpahkan. Menguap gitu aja, nggak jadi apa-apa. Kalau tetep mau nulis juga, kadang masih suka mager hehe.


Namun belajar dari blog challenge kemaren, dimana aku berhasil melewati tantangan satu bulan penuh menulis blog, aku bisa selesai diluar dugaan ku. Bayangin aja, one day one post ditengah kesibukan yang tak lagi selengang tahun lalu. Semua ini karena tekad dan target yang sudah ku tetapkan di awal. 


Bahkan aku sampai menulis target tersebut di depan tempat tidur, dimana setiap aku rebahan dan baru bangun tidur pasti melihat tulisan tersebut. Dan hal itu ternyata work di aku. Aku jadi kayak diingetin kalau ada sesuatu yang harus diselesaikan. Makanya setiap ada waktu luang, aku pasti nyicil tulisan. Kalau udah kelar, baru deh, drakor time hehehe.


Poinnya adalah dengan menetapkan target, kita bisa memfokuskan energi pada hal-hal yang ingin diselesaikan. Jadi energi nggak terbuang percuma, kayak bacain komen netizen di postingan yang lagi viral misalnya. Wkwkwkwkwk.


Selain itu, aku merasa efek rajin nulis membuat jadi lebih kenal sama diri sendiri. Hal-hal yang biasanya terlewat, begitu ku tuliskan bikin aku jadi sadar. Oh, ternyata aku pernah juga ya melalui momen ini. Oh, ternyata gini ya maksudnya. Dan segala hal lain yang baru aku sadari setelah menulis dan menelusuri lagi kisahnya dengan lebih mindful. Bisa dibilang menulis mampu membuat ku tetap waras.


Dan aku merasa kebiasaan ini harus aku teruskan, jangan sebatas selama blog challenge berlangsung. Untuk itu aku coba mengikuti polanya dengan menetapkan target dan menguatkan tekad. Sama seperti yang ku ceritakan di awal. Semoga aja, aku bisa istiqomah ya guys.


Mengingat target ini nggak seketat challenge yang harus one day one post, aku meringankannya dengan metode satu minggu satu cerita. Sebenernya udah ada komunitas penunjang yang sejalan dengan target ku ini sih, tapi aku masih belum siap gabung. Takut mental ku breakdance breakdown, ngeliat pencapaian rekan blogger yang udah pada grow up, sementara blog ku masih gini-gini aja. Blog ku insekyur huhu.


Jadi, aku coba saja dulu membangun ekosistem menulis pada blog ini supaya nggak insekyur lagi dengan pencapaian blogger lain, meskipun baru langkah kecil yang bisa ku lakukan. 


So, bagaimana dengan kamu? Sudah kah menyusun target untuk mencapai goals?

Kesan Blog Challenge 2021



Akhirnya sampai juga di postingan terakhir dari BPN Ramadan 30 Day Challenge. Aku bangga sama diri ku sendiri yang mampu menulis sampai di hari terakhir tantangan.

Rasanya seperti menaklukan diri sendiri. Karena yang aku tantang bukan hanya konsistensi dalam menulis blog, tapi juga diri sendiri dalam memanajemen waktu ditengah kesibukan yang semakin bertambah. Nggak seperti blog challenge di tahun sebelumnya yang kerjaan dan jadwal kuliah ku masih bisa santuy santuy bae. Huhu.


Baru tahun ini, aku pernah sampai merasa ingin menyerah ditengah jalan. Tepatnya pada hari ke 16, disitu aku mulai oleng. Sampai pada hari ke 20, aku seperti tidak mampu menguasai diri lagi. Ingin ku sudahi saja semua ini.


Tapi begitu aku melihat target jadwal menulis yang ku buat awal ramadhan lalu dan ku tempel di dinding kamar. Aku jadi teringat kembali akan target yang ingin ku capai, teringat lagi akan perasaan puas ketika mampu menyelesaikan tantangan di tahun sebelumnya dan teringat lagi dengan rasa syukur ketika dapat hadiah dari ngeblog. Aku rindu akan semua itu.


Maka saat itu juga, ku sudahi segala keluhan, ku ambil laptop dan mulai mengetik tulisan sesuai tema. Aku mengejar ketertinggalan ku. Bahkan di sela-sela waktu luang, aku mengedit foto untuk setiap postingan. Hanya berupa gambar bertuliskan judul aja sih, bukan gambar yang mewakili visual setiap postingan. Itu sudah termasuk cukup.


And now, here it is!


Di postingan hari ke 30, aku menaklukannya. Aku membuktikan bahwa ternyata aku bisa, aku mampu ketika aku mau. Semoga tulisan ini, tantangan ini menjadi pengingat kalo aku bisa lebih dari apa yang ku bayangkan. Benar sekali kata-kata motivasi dalam bisnis bahwa tak peduli apapun hasilnya yang terpenting mencobalah dulu.


Dan terima kasih kepada Blogger Perempuan yang sudah memfasilitasi produktivitas menulis para blogger melalui kegiatan ini. Semoga tahun depan ada kegiatan seperti ini lagi dengan hadiah yang lebih banyak biar semua bisa kebagian hehehe. Juga semoga tahun depan sudah tanpa covid-19, yah minimal sudah ada teknologi atau apapun yang mampu meredam dampak yang sudah ditimbulkan dari covid-19. Aamiin.


Harapan terbesar ku (yang selalu ku ulang-ulang setiap ada challenge heheh) adalah terus konsisten menulis. Agar tulisan ku di blog ini tidak hanya ramai ketika ada challenge saja, tapi juga di hari biasa hehehe. Sampai bertemu lagi nanti.


Dan aku ingin mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H, semoga ramadhan tahun ini memberi berkah untuk kita semua.


Babay.

Persiapan Menuju Lebaran


Aku bersyukur. H-1 sebelum lebaran, kantor ku mengeluarkan memo untuk cuti bersama. Artinya aku bisa menyiapkan beberapa keperluan untuk lebaran nanti. Hihihi.


Bicara soal persiapan, sejauh ini fokus ku paling banyak ke persiapan kue lebaran. Dimulai dari 2 minggu sebelum lebaran, aku sudah memesan beberapa kue kering dari teman ku dan peyek kacang dalam jumlah yang banyak. Karena orang tua ku suka sekali peyek kacang. Semua masih berjalan mulus.


Lalu drama terjadi menjelang H-3 lebaran, saat mamak bilang pengen kue semprong buatan rumahan. Aku langsung menghubungi teman ku yang mamanya memang berjualan kue tersebut, tapi mereka sudah close order. Disitu aku sudah kepikiran pengen beli egg roll di minimarket aja, rasanya hampir mirip dengan semprong. Sayangnya mama nggak mau dan kekeuh pengen semprong buatan rumahan.


Karena aku anak berbakti (cielahh), aku coba nyari di grup jual beli makanan kota ku di facebook. Ada nemu nih, tapi lokasinya jauh kali dari rumah ku. Aku coba tanya-tanya dulu, ternyata si penjual mau ada pengantaran ke lokasi dekat rumah ku. Aku langsung pesan dong. Disitu transaksi sudah disepakati antara kedua belah pihak.


Besoknya, si penjual tiba-tiba kayak ogah-ogahan gitu melayani chat ku yang cuma nanya, "jam berapa mau diantarnya, mba?"


Aku hanya memastikan, biar orang rumah bisa standby nungguin kuenya. Setelah aku tanya begitu, si penjual malah bilang gini, "maaf ya mba, nggak bisa bawa banyak. Nanti kalo ada sisanya baru saya antarkan."


What the????


Dari situ perasaan ku udah mulai nggak enak. Ini orang serius mau jualan nggak sih?


Bukannya apa ya, seharusnya kalo dia mau ada fokus pengantaran ke suatu lokasi. Dia pasti udah tahu dong, kapasitas yang bisa dia bawa berapa dan buat siapa saja. Ini kenapa aku yang harus nunggu sisanya? Apakah pesanan ku bukan prioritas? Lah terus kenapa kemarin mau sepakat sama pesanan ku?!


Aku mulai kesal, ditambah lagi dengan adik ku yang ngechat dan mulai kesal juga gara-gara ku suruh nungguin depan gang rumah biar si penjual nggak kesusahan nyari rumah ku. Itu pun aku sambil terus ngechat si penjual, apakah aku kebagian kue semprongnya atau nggak.


Beberapa jam kemudian, baru chat ku dibalas si penjual, "kuenya habis mba, maaf baru ngabarin tadi hpnya lagi low."


Fix sekarang aku jadi korban PHP seller nggak profesional. Terlepas dari semua kejadian diluar kendali (seperti baterai hp low), poin yang bikin aku kesal itu saat si penjual nggak bisa memberi kepastian tentang barang yang dia jual.


Masa dia nggak bisa memperkirakan sih, jumlah pesanan yang dia bawa sama yang mau diantarkan? Seharusnya saat dia ngerasa overload sama barang yang mau dibawa, saat itu juga dia bisa menolak orderan ku. Bukannya malah bikin orang berharap dan nungguin. Kalo aku tau, aku nggak kebagian dari awal kan aku bisa cari yang lain.


Tapi dari semua yang terjadi, aku jadi dapat hikmah kalo mau kue lebaran dengan jenis tertentu emang paling aman pesan dari jauh-jauh hari. Kalo perlu dari awal ramadhan, biar kejadian kayak gini nggak terulang lagi sama aku atau kalian. Apalagi menjelang H-1 lebaran biasanya toko udah mulai tutup dan pasar juga bisa jadi sangat padat. Daripada hal-hal nggak diinginkan terjadi, mending cari aman. Sekian cerita drama sebelum lebaran.


Kue Lebaran Favorit



Sebenarnya dalam keluarga ku nggak punya spesifikasi untuk kue lebaran favorit. Kue apa aja dimakan, karena pada dasarnya emang pemakan segala. Hohohohoho.


Tapi ada satu kue lebaran yang entah kenapa selalu ada di setiap lebaran keluarga ku. Bukan karena suka sampai adiktif menjadikannya ada di setiap tahun. Rasanya lebih ke ini-kue-paling-mudah-dibuat. No oven dan no mixer. Cocok banget buat yang baru belajar masak hehe. Rasa kuenya juga nggak mengecewakan asal kalian pas aja menakar bahan dan bumbunya.


Dari tadi ngomong ngalor-ngidul tentang kue, jadi kue apa sih yang sebenarnya aku omongin?


Dia adalaaaah STIK BAWANG !!!!


Stik bawang ini cara bikinnya mudah banget. Nggak perlu pakai oven, tapi rasanya tetep endeus. Porsi bumbunya aja yang dibanyakin. Gitu sih dalam resep keluarga ku yang resepnya cuma berdasarkan pengalaman dari tahun-tahun sebelumnya.


Jadi nih ya, kalo tahun ini dirasa tekstur kuenya agak keras maka tahun depan diperbaiki lagi resepnya. Gitu aja terus. Tapi meskipun rasa dan teksturnya enak-ngga enak, stik bawangnya pasti tetap habis kok.


Mau dibuang juga sayang, soalnya tahu proses membuat kue ini cukup panjang meskipun bahan dan cara membuatnya mudah. Menurut ku, proses terpanjang dalam membuat stik bawang ini ada pada saat kita menggiling stiknya menjadi lembaran tipis, kemudian memotong lagi lembaran tipis tersebut menjadi bentuk stik. Kalo bikinnya sedikit sih, masih mending. Tapi kalo banyak dan dikerjain sendiri, bisa makan waktu sampai seharian. Capek cuy.


Tapi berbeda dengan tahun ini, aku udah nggak sempat lagi bikin stik bawang karena kesibukan yang semakin bertambah. Alhasil tahun ini beli deh, syukur-syukur ada yang ngasih hampers lebaran yang isinya kue stik hehehe.


Sekian dulu cerita singkat ku tentang kue lebaran yang ada di keluarga ku. Sampai bertemu di postingan selanjutnya.

Ngabuburit Ala Helka



Selalu ada banyak kegiatan sambil menunggu waktu berbuka puasa. Apalagi jam kerja selama bulan ramadan jadi sedikit singkat, aku jadi punya lebih banyak waktu untuk melakukan beberapa kegiatan di bawah ini. Apa aja itu? Cekidot!


  1. Berburu takjil

Sepanjang perjalanan dari kantor menuju rumah, banyak ku temui orang berjualan takjil. Bahkan di depan rumah, yang biasa nggak jualan tiba-tiba jadi penjual takjil dadakan. Aku juga melewati pasar ramadhan, notabene-nya lebih banyak orang berjualan takjil dan lauk pauk disini. Pokoknya ngga pernah kehabisan pilihan deh kalo nyari takjil selama bulan ramadhan.


  1. Olahraga

Meskipun masih cukup jarang ku lakukan, karena pas sore aku udah meleyot duluan. Bahkan sebelum tetesan keringat keluar wkwk. Tapi kalo lihat badan mulai terasa lebar, semangat akan olahraga pasti kembali memancar. Jadi ya ku sempatkan aja, paling nggak 5 menit. Di channel olahraga kesayangan ku (Eh Olahraga Yuk), banyak pilihan olahraga dibawah 10 menit yang tetap bikin badan berkontraksi dan berkeringat.


  1. Melakukan hobi

Yap, seperti yang sudah ku jelaskan di beberapa postingan sebelumnya tentang hobi dan kegiatan ku dalam mengisi waktu luang. Hobi yang tidak lain dan tidak bukan ialah membaca buku atau merajut. 


  1. Memasak menu untuk berbuka

Kalo lagi punya selera beda sama yang dimasak mama di rumah, aku akan masak sendiri. Masakan ala ala diet biar rendah kalori. Soalnya kalo masakan ala mama cenderung tinggi kalori, tapi rasanya enak. Gimana dong, aku dilema. Ya, pokoknya gitu aku akan masak sendiri kalo lagi rajin dan bahannya ada.


Hehe segitu aja kegiatan yang biasa aku lakukan sambil menunggu waktu berbuka. Hampir semuanya nggak jauh-jauh dari hobi ku sendiri. Memang yah, ngejalanin hobi itu bisa bikin kita sampai lupa waktu. Nggak berasa, udah mau buka aja. Apalagi kalo hobi yang dibayar. Hati senang, dompet pun tenang. Hahaha. Sekian dari Helka, semoga hari mu menyenangkan.

Menu Favorit Saat Sahur



Haloo, kembali lagi dengan Helka. Hari ini kita akan membahas menu favorit saat sahur. Sebenarnya untuk sahur sendiri, pasti banyak dari kalian yang masih makan makanan yang sama dengan saat berbuka. Simpel kan tinggal dipanasin aja hehehe.


Eits, tapi bukan untuk itu tulisan ini ada. Kali ini aku akan memberikan referensi menu makanan favorit ku saat sahur. Menunya aja ya, bukan resep. Yok mari kita simak!


  1. Nugget

Udah bukan rahasia lagi kalo nugget jadi makanan kesukaan anak-anak, termasuk orang dewasa juga masih menyukainya. Selain karena cara memasaknya simpel, juga karena rasanya yang cukup enak. Wajib banget ada nih, buat stok di rumah.


  1. Bakso/pentol

Di tempat ku lebih populer dengan sebutan pentol. Nah si bakso ini juga bisa jadi referensi menu buat kalian stok di rumah. Karena bisa dikreasikan dengan masakan berkuah atau tumisan. Keduanya sama enaknya. Bahkan kalo lagi mager buat masak dengan effort lebih, bakso ini digoreng sama telur juga udah enak.


  1. Telur

Siapa yang nyetok telur di rumah? Pasti nyetok dong. Karena telur ini selalu enak dikreasikan dengan jenis makanan apapun. Buat temen makan mie, enak. Dibikin telur ceplok, enak. Direbus aja juga tetep enak. Nggak heran makanya, kalau telur jadi penyelamat ketika lagi bingung mau masak apa.


  1. Tahu & Tempe

Tahu & tempe ini selain murah dan mudah ditemui, ternyata kalo tangan kita kreatif mengkreasikan masakannya akan jadi enak sekali loh. Contoh menunya apa? Misal nih, tempe orak-arik, pepes tahu, osengan tahu-tempe. Banyak lagi deh menu yang bisa dibuat dari tahu & tempe ini. Bahkan ada loh, resep di youtube cara membuat bakso dari tahu atau tempe ini. Bisa dicoba gaes, buat yang udah males ngerasain bakso dari daging hewani.


  1. Ayam

Menu dari ayam ini juga selalu enak dibikin dengan cara apapun. Digoreng, bisa. Dibikin sop juga enak. Kalo aku paling suka ditumis gitu, kayak rica-rica misalnya. Dibikin jadi ayam koloke juga mantap banget. Sesuaikan selera aja.


Kelima referensi menu diatas merupakan bahan pokoknya aja sih hehe, tinggal kalian kreasikan aja biar tambah enak. Tapi kalo mau langsung goreng aja juga tetap enak. Kan kalo lagi sahur pasti masih rada ngantuk kan, males juga pasti mau masak-masak dengan effort lebih. Hehe, semoga membantu.

Kegiatan Favorit Keluarga Selama Ramadhan


Holaa! Kembali dengan helka disini yang akan membahas tema tentang kegiatan favorit keluarga saat ramadan. Oiya, hari ini udah hari ke 21 aja yah.

Sesuai tema, aku berusaha mencari kembali kegiatan khas apa yang biasa keluarga kami lakukan saat ramadan. Cukup sulit ternyata, mengingat kami tak punya kegiatan spesifik untuk diceritakan. 


Tapi kalau dipikir-pikir lagi, aku paling suka saat mendekati hari lebaran. Biasanya Mama mulai menyiapkan makanan untuk dimakan di hari lebaran. Makanan yang biasa dibuat antara lain, nasi kuning, lontong, buras/lapat.


Jangan tanya, "mana opor? mana ketupat?".


Kami tidak terlalu suka itu, meskipun kedua makanan tersebut merupakan makanan khas lebaran. Jadi kalau kurang suka, ngapain dibuat kan. Toh, rumah ku bukan rumah yang biasa jadi tempat berkumpul keluarga. Hehehe, sebuah pembelaan.


Karena ku rasa tak banyak yang bisa diceritakan, mari untuk kita sudahi saja postingan ini. Sampai jumpa.

Puasa di Masa Pandemi



Heihooo!! Mari kita cerita tentang hari ini, tentang puasa di masa pandemi. Nggak kerasa ya, udah tahun kedua kita melewati puasa bersama covid-19. Dan kembali doa tahun lalu terucap, "semoga covid-19 cepat hilang dari bumi ini".

Sama seperti tahun lalu, mobilitas kegiatan  selama ramadan masih dibatasi. Beruntungnya shalat tarawih berjamaah di masjid sudah diperbolehkan tahun ini. Alhamdulillah ada kemajuan.


Bulan puasa tahun ini juga, sedikit sekali aku mengikuti jadwal bukber. Entah karena masih pandemi atau karena aku yang semakin dewasa. Hm, entahlah. Ku rasa bukber tak seasik dulu. Jika tak bersama orang yang cukup dekat, menurut ku bukber hanya jadi ajang pamer. Bukan reuni antar teman lama.


Tapi aku bersyukur sekali, tahun ini aku melewati bulan puasa dengan anggota keluarga yang lengkap. Sahur dan berbuka masih bersama dengan orang-orang yang sama di tahun sebelumnya. Semoga saja tahun depan nambah satu anggota lagi hehehe.


Meskipun sekitar satu bulan sebelum ramadan, aku kehilangan salah satu sanak keluarga dari mama. Sedih sekali. Mengingat aku juga akrab dengan beliau.


Dan ya, seperti biasa, si anak rumahan ini tidak punya begitu banyak kegiatan diluar. Apalagi selama ramadan, kehidupan ku hanya seputar kantor-rumah. Sesekali pas weekend baru jalan. Terlihat membosankan? Nggak juga, aku masih nyaman tapi sesekali juga merasa burn out kok wkwk


Jadi postingan ini sampai sini aja ya, sampai jumpa di postingan berikutnya.


A Day in My Weekend


Weekend tlah tiba!! Weekend tlah tiba!! Hati ku gembiraaa!!!

Eits, jangan senang dulu. Tugas kuliah sedang menanti mu. Huahahahah *ketawa jahat*.


Postingan ini ku persembahkan buat kalian yang ingin tahu a day in my weekend, soalnya kalo nggak pengen tahu, nggak bakalan klik postingan ini hehe.


Jadi biasanya kalo dalam satu minggu kerjaan lagi padat, pas weekend aku cuma rebahan hampir seharian. Paling diselingi dengan merajut atau membaca buku. Untuk ku, ini adalah recharge terbaik setelah sekian hari tenggelam dalam rutinitas.


Tapi kadang dalam dua minggu sekali saat musim kuliah tiba, aku menghabiskan waktu ku dengan kuliah. Kebayang nggak, capeknya kayak apa? Hmm, bukan capek juga sih sebenernya, tapi lebih ke energi ku berkurang. Definisi capek sama energi berkurang itu beda dalam kamus ku. Kalo capek, tinggal tidur aja hilang. Tapi kalo energi ku berkurang, perlu waktu beberapa hari buat dapat mengisi mood bank kembali. Aelah ribet wkwk


Kadang juga weekend ku dihabiskan dengan mengerjakan tugas yang belum sempat dikerjain. Aku punya rules, pokoknya tugas jangan sampe dikerjain pas hari H dan kalo bisa kerjain sendiri aja deh biar ilmunya meresap. Ini apaan dah haha. Pokoknya gitu.


Kegiatan lain yang biasa ku lakukan saat weekend adalah bersih-bersih. Hari biasa pun aku bersih-bersih, cuma nggak seintens kalo lagi weekend. Kalo weekend ku usahain agar tempat yang nggak biasa dibersihin, jadi bersih juga.


Intinya kegiatan ku selama weekend, berkutat seputar kegiatan rumah atau tugas kuliah berstatus pending yang nggak bisa ku kerjain di hari biasa. Lalu diikuti dengan kegiatan seperti hobi ku, menulis atau merajut. Kalo hobi ini sih, di hari biasa juga selalu ku sempatkan. Ini jadi semacam me time juga untuk ku.


Nah baru kalo lagi punya budget berlebih, aku memberi me time lain sekaligus self reward untuk diri ku sendiri, yaitu berupa spa (luluran/creambath) atau pijat refleksi. 


Dan terakhir, yang menurut ku paling penting adalah quality time bersama orang tersayang. Entah orang tua, pasangan atau sahabat. Karena tujuan lain kita menghabiskan waktu di hari kerja adalah untuk bersenang-senang bersama mereka, bukan?


Dan ya begitulah kegiatan random ku di akhir pekan. Jadi meskipun udah tahu mau ngapain aja, aku tetap nggak punya rundown kegiatan tetap. Seperti biasa, aku selalu membiarkan hidup ku mengalir seperti air. Hahaha. Sampai jumpa di postingan selanjutnya 



Hobi Lama Bersemi Kembali


Udah memasuki hari ke-16 aja nih, gimana puasanya? Masih lancar?


Hari ini temanya tentang hobi baru, tapi bagi ku ini adalah hobi lama yang bersemi kembali? Kenapa? Simak yuk!

Salah satu hobi yang bikin aku keranjingan selama beberapa bulan ini (selain menulis) yaitu merajut. Merajut ini merupakan hobi ku dari lama, sejak jaman SMP. Lalu sempat hiatus selama beberapa tahun karena males, di circle ku juga nggak ada yang suka dan bisa ngerajut, jadi hobi itu ku tinggalin begitu aja.

Begitu terus, sampai badai QLC itu menghantam. Aku seperti orang kebingungan. Kayak hampa aja gitu dan berkat sharing dengan seorang kawan yang pernah mengalami hal serupa. Ia bangkit dari keterpurukannya karena hobi yang selama ini ia tinggalkan. Sebenarnya manfaat dari menekuni hobinya itu sih yang membuat dia jadi menemukan dirinya sendiri.

Aku jadi tersadar. Selama ini aku nggak pernah ngelakuin apa-apa untuk menemukan diri ku sendiri. Aku hanya mengalir mengikuti arus rutinitas dan begitu arus itu mulai berubah. Aku terguncang. Aku pun mulai flashback dan merenungi semua yang terjadi.

Saat itu aku jadi teringat hobi waktu SMP, yaitu merajut. Ku cari beberapa starter kit alat rajut yang pernah ku beli dan beberapa benang yang masih tersisa. Berbekal benang seadanya, aku mulai merajut apa yang ku bisa. Bros bunga. Bros pita. Keduanya ku buat sampai benang habis, hasilnya lumayan. Sejauh ini ternyata kemampuan ku oke.

Beranjak dari itu, setiap gajian aku menyisihkan uang buat beli benang untuk mengeksplor hal-hal baru dari merajut. Sampai saat ini merajut jadi salah satu healing ketika aku lagi stres dan jenuh. Itu berjalan cukup efektif pada ku.

Manfaat yang ku rasakan, aku jadi lebih mindful untuk menyelesaikan apa yang ada di hadapan. Seperti menyelesaikan project merajut.

Jadi, itu cerita ku dengan hobi ku. Bagaimana dengan hobi mu? Mari bercerita di kolom komentar.


 

3 Bahasa yang Ingin Dikuasai



Yuhuuu udah hari ke-15.

(Akhirnya sampai juga di postingan ke-15 setelah nyicil 4 artikel telat posting).


Hari ini temanya membahas tentang bahasa yang ingin dikuasai. Bicara masalah bahasa, ada banyak banget bahasa di dunia ini dan nggak semua bahasa bisa ku pelajari karena keterbatasan waktu.


(Helehh, alibi lu hel, bilang aja males wkwk).


Dari sekian banyak bahasa aku paling tertarik menguasai 3 bahasa ini. Apa aja? Simak yuks!


  1. Bahasa Inggris

Bahasa pengantar internasional ini udah dari lama banget aku tertarik untuk mempelajarinya. Udah dari jaman SD dan sebagai bantuk nyata keseriusanku untuk mempelajari bahasa ini, aku belajar bersungguh-sungguh di sekolah dan selalu dapat nilai diatas 90 untuk mata pelajaran bahasa inggris. Sebagai penunjang lain untuk menambahkan kekayaan kosakata, aku juga suka dengar lagu dengan bahasa inggris, nonton film berbahasa inggris (masih tetap pakai subtitle tapi ya hehe).

Aku percaya, dengan kita menguasai bahasa inggris, minimal saat keluar negeri nggak nyasar karena udah ngerti beberapa kosakatanya.


  1. Bahasa Korea

Annyeong! Siapa yang jadi pengen belajar bahasa korea karena sering nonton drakor?

Yep, kalian nggak sendiri. Aku juga gitu kok. Soalnya ada beberapa kosakata bahasa korea yang sering terngiang-ngiang sehabis nonton drakor, seperti aigoo, eomma, appa, chingu, saranghae, dll.

Beranjak dari sana, kadang bisa kita temui beberapa drakor on going favorit kita yang subtitlenya masih belum keluar, padahal udah penasaran banget sama jalan ceritanya. Tapi ya mau gimana, kita nggak ngerti bahasa korea, terpaksa deh nunggu subtitlenya keluar dulu. Oleh karena itu, aku jadi pengen banget belajar bahasa korea. Minimal biar bisa ngerti duluan lah kalo lagi nonton drakor, TV show, dll. Syukur-syukur kalo bisa ke Korea Selatannya langsung. Hehehe.


  1. Bahasa Arab

Jadi pengen belajar bahasa Arab supaya bisa ngerti terjemahan isi Al-qur’an dan bisa membaca Al-qur’an sesuai makhrajnya. Sesederhana itu, tapi aku berharap bisa menjadi ladang pahala dalam rangka menuntut ilmu.


Demikianlah tulisan singkat ini berakhir, apapun bahasa yang ingin dikuasai. Semoga bisa memberi manfaat untuk kita pribadi maupun orang sekitar. Yah, mana tau kan kita bisa jadi guide wisata atau kita sendiri yang berkunjung ke negara dengan bahasa yang ingin kita kuasai tersebut.


Sampai bertemu di postingan selanjutnya.