Hanan is Turning One

 


Tepat tanggal 23 Juni tadi, Hanan menginjak usia 1 tahun. Nggak berasa banget. Rasanya baru kemarin cerita momen lahiran anak pertama, sekarang cerita tentang momen tumbuh kembangnya selama satu tahun. Hidup memang sesingkat itu.


Selama satu tahun ini ada banyak sekali cerita yang sudah kami lalui. Senang, sedih, galau, bingung, yaampun kalau diingat jadi terharu. Ternyata bisa ya aku melewati ini semua. Supaya semakin manis untuk dikenang, aku akan menuliskannya disini.

Milestone Hanan

Selama enam bulan pertama, aku sedikit lupa apa saja tumbuh kembang yang terjadi. Salah sendiri sih, kenapa baru nulis beginian dirapel pas usia satu tahun. Banyak lupa, kan.


Jadi Hanan anak ASI full dbf selama enam bulan. Hanan setiap imunisasi selalu di puskesmas. Waktu imunisasi DPT pasti demam dan mogok nen. Aku sempat stres kalau Hanan menolak nen, tapi suami selalu menyemangati dan bilang untuk nggak menyerah. Akhirnya drama mogok nen hanya berlangsung sekitar 2-3 hari.


Seingat ku di usia 3 bulan Hanan sudah bisa mengangkat kepala dan tengkurap sendiri sesekali, ini berkat rutin latihan tummy time. Baru dari usia 4 bulan, Hanan aktif tengkurap sendiri.


Hanan mulai MPASI tepat di usia 6 bulan. Menu pertamanya, bubur saring nasi telur. Tentu saja nggak langsung lahap, lebih banyak dilepeh malah. Tapi nggak apa, namanya juga baru belajar. 


Selama 4 hari drama lepeh ini terus berlanjut dan baru di hari ke-5 Hanan mulai makan dengan lahap, meskipun hanya menghabiskan setengah porsinya. Cerita drama MPASI ini sudah pernah ku ceritakan disini.


Aku mengira drama GTM MPASI ini hanya berlangsung di awal belajar makan, nggak taunya sepanjang usia Hanan menuju 1 tahun. Drama GTM itu terus berlanjut, sesuai fase kenaikan tekstur. 


GTM paling parah dan membuat ku stres di usia 8 bulan sampai 10 bulan. Kesalahan ku sih, yang kurang melatih oromotornya sejak usia 6 bulan. Tapi masih belum terlambat untuk melatih oromotor.


Melatih oromotor bayi juga nggak berjalan mulus. Selalu ada saja tingkah bayi yang bikin greget. Misalnya biji mangga yang seharusnya diemut, sama Hanan malah dimainin ke lantai. Aku bantu pegangin, anaknya malah marah dan ngambek nggak mau ngemut lagi. Benar-benar deh.


Sekarang Hanan sudah makan sesuai menu keluarga. Masih disuapi. Kadang bisa kok dibiarkan makan sendiri, tapi kalau suasana hati ku sedang baik untuk ekstra beberes. Wkwkwk.


Aku lupa Hanan merangkak di usia berapa, yang pasti sampai saat ini gaya merangkaknya modelan dada nempel ke lantai. Bisa saja sih, dia pakai gaya merangkak pada umumnya, tapi pergerakannya lebih lambat. Beda hal kalau yang dada nempel ke lantai, aku pun terengah-engah kadang mengejar Hanan. Hihihi.


Sampai usia 1 tahun, Hanan masih belum bisa berjalan. Ia lagi sibuk belajar berdiri dengan merambat pada sesuatu yang kokoh.


Oh iya, Hanan tumbuh gigi pertama di usia enam bulan. Tepat saat akan memulai MPASI. Kalau kata ayahnya, Hanan ini disiplin, selalu sesuai timeline. Melahirkan Hanan saja tanggalnya sesuai HPL.

Ketika Hanan Sakit.

Sepanjang satu tahun perjalanan, Hanan sudah beberapa kali sakit. Nggak sering juga. Biasanya sakit demam setelah imunisasi dan tumbuh gigi.


Namun saat usia 11 bulan tadi, Hanan batuk pilek. Tepatnya pertengahan Mei tadi, Hanan tertular bapil dari orang lain. Aku sempat stres sebab baru pertama kali menghadapi Hanan yang sakit diluar demam. Separah-parahnya demam, paling cuma mogok nen. Lah ini, rewel dan mogok segalanya

Nggak mau makan, minum, nen apalagi. Hanan ini tipe bayi yang harus banget rebahan kalo nen. Prinsipnya nggak rebahan, nggak nen. Tapi gimana mau nen kalau hidungnya aja mampet pas rebahan. Rewelnya nggak ketulungan.


Saat itu Hanan benar-benar nggak mau sama siapapun, sama Ayahnya pun nggak mau. Maunya nempel aja sama aku. Aku mau mandi aja ditangisin. Awalnya senang sih jadi one and only-nya Hanan, tapi lama-lama pusing juga mendengar tangisan bayi tepat di telinga.


Pernah satu waktu, Hanan terbangun tengah malam. Mana Ayahnya sedang bekerja shift malam. Hanan langsung menangis, aku pun langsung bangun dalam keadaan setengah sadar. Nangisnya nggak berhenti. Aku pukung (diayun ala orang banjar) pun Hanan masih tetap menangis. Bayangin stresnya gimana. Mana kurang tidur, sendirian di rumah, tengah malam pula.


Karena bingung mau ngapain lagi, aku videocall ayahnya. Perhatian Hanan teralihkan, tangisnya pun mereda, kemudian berangsur tenang dan tertidur. Memang selama sakit, tidur Hanan nggak nyenyak. Satu malam itu pasti ada 2-3 kali terbangun.


Tapi ada satu momen yang bikin melting, sebab Hanan maunya nempel sama aku terus. Jadilah aku pangku sambil aku tetap sibuk menyiapkan lauk makan. Eh ternyata Hanan ketiduran dong, padahal cuma dipangku yang posisinya kayak memeluk. 


Huhu, ternyata Hanan juga ngantuk sekali karena kurang tidur. Sama kayak aku. Tapi tubuhnya nggak enak dan yang bikin dia nyaman ya pelukan emaknya.


Benar-benar momen Hanan sakit yang nggak terlupakan, sekaligus memberi banyak pelajaran.


Batuk pilek sebenarnya sakit yang biasa aja bagi orang dewasa tapi nggak bagi bayi. Segala macam ikhtiar kami lakukan saat itu supaya Hanan lekas sembuh. Mulai dari dipijat, beli nasal spray, nebulizer 2x dan terapi sinar (ini alternatif berjemur dibawah sinar matahari, karena saat Hanan sakit cuacanya sering hujan dan mendung, agak sulit untuk berjemur).


Sampai akhirnya berobat ke puskesmas, karena demamnya datang lagi. Dan qadarullah, setelah minum obat, batuk pilek Hanan berangsur pulih.

Hanan Setelah Satu Tahun

Satu tahun Hanan hidup di dunia, tumbuh kembang Hanan sudah semakin bertambah. Hanan semakin aktif mengeksplor sana-sini. Apalagi sekarang lagi keranjingan belajar berdiri.


Durasi nennya juga berkurang, nggak selama dulu. Seiring dengan banyaknya kegiatan dan yang mengalihkan perhatian Hanan. Jujur aku sebenarnya senang sekaligus sedih. Senang karena sedikit lebih leluasa dalam beraktivitas sendiri, tapi juga sedih momen menyusui kami durasinya berkurang.


Melihat wajah Hanan saat menyusui membuat ku merasa dicintai dan dibutuhkan. Benar ya, menyusui itu nggak hanya proses memberi ASI. Tapi juga ada bonding yang intimate-nya nggak bisa ku deskripsikan. Rasanya kami bisa saling terkoneksi satu sama lain hanya dengan tatap-tatapan.


Ah, punya anak memang setiap harinya seperti penuh petualangan dan kejutan. Ada aja yang nggak terduga. Aku akan menikmati momen-momen ini sebelum kelak Hanan lebih sibuk dengan teman dan dunianya sendiri.

Tidak ada komentar

Mari berbagi pendapat dari sudut pandang mu melalui komentar di bawah ini