Setiap ikut blog challenge ramadan, selalu ada tema tentang cerita ramadan yang paling berkesan dan tak terlupakan. Kebanyakan cerita ramadan yang paling berkesan untuk ku ya di masa kecil, saat waktu ku hanya dihabiskan untuk bermain bersama sepupu dan teman-teman ku. Sebegitu berkesan memang ramadan jaman dulu.
Karena cerita ramadan bersama teman dan sepupu ku di masa kecil sudah ku ceritakan disini dan disini, maka tahun ini aku ingin bercerita tentang momen ramadan tak terlupakan saat peran ku hanya sebagai seorang anak.
Belakangan, setelah tiga tahun terakhir melalui ramadan dengan peran baru sebagai seorang istri dan ibu. Aku merasakan betul kepayahannya ibu di saat ramadan. Bangun paling awal untuk menyiapkan sahur, tetap memasak di siang hari untuk menyiapkan menu berbuka. Padahal tenaga saat sore menjelang siang itu benar-benar low battery. Bahkan saat malam bisa tidur paling akhir sebab perlu menyiapkan beberapa persiapan agar sahur nanti bisa menyiapkan menu lebih cepat dan ringkas.
Kadang aku berpikir, aku ingin egois untuk pengen tidur aja memuaskan rasa kantuk ku. Tapi sesaat kemudian aku sadar, kalau aku nggak bergerak bahan makanan tentu nggak bisa matang dengan sendirinya. Disaat seperti ini, aku hanya berharap semoga apa yang ku lakukan bisa menjadi ladang pahala.
Situasi saat ini jauh berbeda dengan aku di masa masih hanya berperan sebagai seorang anak. Dulu alarm belum sampai berdering, mama sudah membangunkan ku untuk makan sahur. Bangun sahur pun makanan sudah tersedia. Meskipun terkantuk-kantuk, aku tetap bisa makan tanpa memikirkan apapun.
Menjadi ibu menyibakkan banyak hal yang nggak aku pahami sebelumnya. Selalu dihadapkan pada situasi yang nggak aku inginkan dan nggak pernah aku bayangkan, menjadi benar-benar harus menghadapi situasi tersebut. Mau mencoba lari pun hanya akan menambah masalah. Pantas saja, para ibu itu banyak yang kuat. Kuat fisik, kuat mental.
Momen ramadan sebagai seorang anak yang menyenangkan lainnya adalah saat ngabuburit berkeliling kota bersama bapak, meskipun susah sekali mengajak bapak supaya mau jalan. Tapi sekalinya mau, rasanya menyenangkan sekali. Belum lagi kalau dibelikan kembang api yang dimainkan di malam hari. Hihihi, definisi bahagia itu sederhana nggak sih?
Aku bersyukur orang tua ku memberi pengalaman menyenangkan di masa kecil ku saat ramadan, karena berkat itu aku punya role model untuk memberi kenangan menyenangkan yang sama atau bahkan lebih dari orang tua ku dulu kepada anak ku.
Tidak ada komentar
Mari berbagi pendapat dari sudut pandang mu melalui komentar di bawah ini