Awal Mula GTM
Sore itu setelah pulang dari posyandu, aku dibuat overthinking dengan pertumbuhan Hanan. Sebab naiknya nggak banyak. Berat badannya cuma naik 2 ons dan tinggi 1 cm. Setiap bulan tingginya memang konsisten naik 1 cm, namun berat badan memang nggak naik signifikan selama dua bulan terakhir ini.
Di usia 5 bulan kemarin, naiknya cuma 3 ons. Padahal saat ku lihat tabel pertumbuhan bayi, seharusnya naik sekitar setengah kilo. Alhasil di grafik pertumbuhan Hanan, titiknya berada di tengah-tengah area hijau muda dibawah.
Bu kader bilang, sebenarnya bagus selalu ada kenaikan pertumbuhan setiap bulan tapi kalau titiknya masih berada di grafik hijau bawah itu mulai warning sebaiknya untuk MPASI nya lebih digalakkan lagi biar berat badannya naik. Okey, itu PR emak. Kalau dulu ngejar target kerjaan, sekarang ngejar target BB anak. New challenge unlocked.
Namun dua hari dari posyandu, Hanan mogok makan. GTM pula. Aku syok seketika. Mengejar target BB anak nggak semudah yang aku bayangkan.
Karena berorientasi pada target, aku cenderung memaksa Hanan untuk makan. Mumpung sesi makan 30 menitnya belum selesai pikir ku, tapi gregetnya Hanan malah menutup mulutnya semakin rapat. Bahkan saat aku menyuapi dengan paksa pun lidahnya mendorong sendok untuk keluar. Jadinya makanan belepotan kemana-mana dan masuk ke hidung. Pecahlah tangis Hanan.
Aku yang terlalu memikirkan target dan omongan orang ini malah memarahi Hanan. Ya kalau bayi keliatan kurus kan pasti ibunya yang disalahkan. Kemudian tangis Hanan mereda, namun sejak saat itu sesi makan nggak lagi menyenangkan untuknya.
Hanan selalu menutup mulut daat sendok mau masuk. Selalu mengalihkan pandangannya ke arah lain, bahkan di situasi sedang sunyi. Nggak ada distraksi saat itu. Sekalipun aku mengarahkan wajahnya untuk menatap ku, ia selalu menunduk. Perubahan sikap Hanan membuat ku semakin stres. Hanan kenapa? Apa mau tumbuh gigi ya?
Aku ingat salah satu tips dari dr. Tan, kalau bayi tumgi itu dia agak sensitif jika makan dengan sendok. Solusinya suapi dengan tangan. Aku pun mempraktekkannya. Tapi hasilnya.. tetap GTM. Aku yang nggak sabar kembali membentak Hanan sampai dia nangis lagi. Beruntung Ayahnya dengan sigap mengambil alih sesi makan. Sementara aku menjauh dulu dari Hanan.
Saat aku menjauh, aku mendengar gelak tawa Hanan dan dia dengan suka rela membuka mulutnya bersama Ayah. Nggak kayak sama aku tadi. Aku menyadari ternyata aku yang menjadi penyebab Hanan GTM. Aku merasa sangat bersalah.
Cara Ku Memulihkan Sesi Makan Bersama Hanan
Setelah menyadari kesalahan yang ku lakukan, aku memperbaikinya dengan cara berikut.
Membangun kembali kepercayaan dan bonding dengan Hanan
Hal yang pertama aku lakukan adalah memperbaiki hubungan ku dengan Hanan saat makan. Ia yang nggak mau menatap wajah ku saat makan bisa jadi karena trauma ku marahi beberapa hari lalu. Hari itu dengan bantuan Suami, kami membuat suasana makan ceria sampai Hanannya juga ikut ketawa.
Dan Hanan berhasil makan sampai habis. Yaampun senang sekali setelah sekian lama dia nggak makan sampai habis.
Nggak memaksakan Hanan makan lagi
Belajar dari yang sudah-sudah, nggak akan ada drama pemaksaan lagi. Mau sebanyak apapun sisa makanananya, kalau Hanan sudah nggak mau lagi. Berhenti.
Parenting Nikita Willy udah pernah bilang, kalau jangan memaksa anak untuk makan. Tapi si emak ngeyel ini nggak percaya kalau nggak ngerasain langsung eh jadinya kejadian juga kan. Huhu, kapok.
Menyesuaikan tekstur
Salah satu penyebab drama GTM ini ternyata karena Hanan tumbuh gigi. Aku baru tahu dua hari setelah drama GTM ini berlangsung.
Sebelum tahu kalau mau tumbuh gigi, aku mikirnya karena dia nggak suka makanan yang ku buat. Mama ku bahkan menyarankan untuk nambahin gulgar ke makanannya. Aku hampir tergiur ngelakuin karena saking putus asanya sama GTM ini. Beruntung suami ngingetin lagi tujuan ku. Aku sedang ikhtiar sebelum usia 1 tahun, no gulgar dalam makanan. Efeknya nggak sekarang sih, tapi nanti.
Akhirnya aku tetap bikin menu MPASI seperti biasa, tapi aku coba bereksperimen dengan tekstur. Sebelumnya Hanan suka dengan bubur yang agak kental, sekarang aku coba cairkan teksturnya. Dan dimakan dengan mudahnya tanpa penolakan.
Pastikan Anak dalam kondisi lapar
Aku mengusahakan nggak menyusui Hanan selama sekitar 1-2 jam sebelum makan. Cara ini cukup efektif membuat Hanan menghabiskan makanannya dengan lahap.
Beda kalau dia habis menyusu, kemudian makan. Makanannya cuma dimakan separo.
Utamakan kebutuhan Ibu
Kita selalu mengutamakan kebutuhan anak dan suami, sampai lupa kalau diri sendiri juga perlu diperhatikan. Aku baru sadar, di hari aku marah-marah sama Hanan. Aku belum sarapan.
Pagi-pagi bikin bekal buat suami, MPASI untuk anak, sedangkan buat diri sendiri lupa. Apalagi belum mandi. Hih, rasanya pagi-pagi bawaannya mau marah-marah. Uring-uringan. Negative vibes banget.
Saat aku mengubah kebiasaan buruk itu, efeknya beneran terasa. Aku hanya perlu menyelesaikan diri ku sendiri dulu baru mengurus anak dan suami. Kalau sudah, rasanya lebih ikhlas melakukannua dan semangat dalam menjalani hari. Bener-bener definisi si Ibu harus waras dulu sebelum memberikan cintanya ke keluarga.
Begitulah cerita ku pertama kali menghadapi bayi ku GTM. Semoga bermanfaat dan ada hikmah yang bisa diambil dari cerita ini ya. Jumpa lagi.
Kerennnnn mbaaaa...akhirnya gtm hanan menemukan solusi ya mbaaa 😊
BalasHapusMemang ya mbaa klo udah gtm gt emak2 pasti lgsg pusing 7 keliling deh..frustasi dibuatnya...jadi harus bener2 mengkondisikan ibuk dan anak siap pada kondisi menyuapi dan makan agr aura2 hepi selalu terjaga dan makan bukan jd hal menakutkan lg buat anak 😊
ya ampun anakku dua-duanya gtm bahkan yang kecil itu sampai sekarang masih susah makan. memang masalah GTM ini sebenarnya umum banget bagi para ibu dan anaknya kadang sampai frustrasi sendiri emaknya
BalasHapus