Tahukah kalian, jika setiap
tanggal 22 Mei itu diperingati sebagai Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia
(International Day for Biological Diversity). Untuk peringatan Hari
Keanekaragaman Hayati tahun 2019 sendiri mengangkat tema ‘Sustainable Use Of Biodiversity
for Our Food and Health’ yaitu upaya meningkatkan pengetahuan dan menyebarkan
kesadaran tentang ketergantungan sistem pangan, nutrisi dan kesehatan kita pada
keanekaragaman hayati dan ekosistem yang sehat.
Duh, kayaknya topiknya bakalan berat. Skip aja deh.
Eits, jangan dulu!
Pengetahuan dan kesadaran tentang
betapa ketergantungannya kita pada sumber pangan, nutrisi dan ekosistem yang
sehat itu penting loh, apalagi untuk generasi millenial jaman sekarang.
Harapannya, dengan kita memiliki bekal pengetahuan akan muncul kesadaran untuk
menjaga, melestarikan dan mengembangkan sumber pangan yang berpengaruh pada
kesehatan kita sendiri dan ekosistem.
Biar anak cucu kita nanti masih
bisa menikmati, guys!
Oiya, katanya Hari Keanekaragaman Hayati, tapi kok fokusnya ke sumber
pangan dan kesehatan sih, bukannya keanekaragaman hayati itu tentang satwa,
tumbuhan atau habitat mereka aja?
Keanekaragaman Hayati itu
pengertiannya luas bos ku. Nggak melulu tentang satwa, tumbuhan atau tempat
tinggal mereka. Biar lebih jelas, sini deh, ku jabarin pengertian sesungguhnya
tentang keanekaragaman hayati.
“Keanekaragaman Hayati adalah
tingkat variasi bentuk kehidupan, mencakup ekosistem bioma spesies atau seluruh
planet. Keanekaragaman hayati juga merupakan tolak ukur dari kesehatan
ekosistem dan sebagian fungsi dari iklim.”
Setelah membaca pengertiannya,
ada yang masih belum ngeh sama apa
itu keanekaragaman hayati?
Kalo gitu, aku kasih contoh
pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari aja.
Selama ini, kita sebagai manusia
sudah begitu banyak memanfaatkan bentuk keanekaragaman hayati untuk kebutuhan
primer. Apa aja sih? Makan contohnya. Di dalam makanan kita ini kan, ada nasi,
sayur, ikan, daging, buah dan teman-temannya.
Apalagi di Indonesia sendiri,
makanan pokok terdiri dari berbagai macam jenis, tergantung daerah
masing-masing. Ada yang makanan pokoknya jagung, sagu, singkong, ubi jalar,
talas, gandum, kentang dan yang jadi mayoritas adalah beras.
Yap, sampai sini udah paham kan,
kenapa tahun ini tema peringatan Hari Keanekaragaman Hayati itu tentang sumber
pangan dan kesehatan kita. Karena emang sepanjang hidupnya manusia itu nggak
bisa lepas dari kebutuhan pangan.
Semakin tahun pula, kebutuhan
akan pangan juga semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Sedangkan lahan, ekosistem dan jumlah petani masih belum mampu mengiringi
lajunya kebutuhan tersebut.
Belum lagi terkait fakta dari
Economist Intelligence Unit (EIU) tahun 2016 menyebutkan bahwa Indonesia
sebagai salah satu penyumbang sampah makanan terbesar di dunia, padahal mirisnya
masih banyak penduduk yang belum tercukupi kebutuhan pangannya. Penduduk kurang
gizi dan busung lapar masih ada di negara kita yang tercinta ini.
Meskipun isu ini sudah beredar
cukup lama, tapi tak ada salahnya jika hal ini kita jadikan sebagai referensi
mengapa kita harus mulai memberi perhatian kepada ekosistem, sumber pangan dan
kesehatan kita. Ternyata semuanya saling memiliki keterkaitan demi
berlangsungnya kehidupan di bumi.
Sebenarnya masih ada banyak lagi
isu terkait masalah ini, hanya saja cukup berkaca dari 2 isu tersebut kita
seharusnya sudah memiliki kesadaran untuk berubah. Berubah menjadi generasi
yang peduli dengan ekosistem, sumber pangan dan kesehatan.
Iya nih, terus gimana caranya agar kita kita generasi muda ini juga
bisa memberi kontribusi dan berperan aktif dalam menghadapi masalah ini?
Caranya gampang banget.
Yang sulit itu menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari, karena pasti ada aja tantangannya. Tapi ku harap, kalian
pembaca tulisan ini merupakan orang-orang yang tangguh, orang yang peduli
dengan keberlanjutan sumber pangan dan kesehatan.
Oke, langsung aja disimak tentang
bagaimana langkah kecil kita untuk menjaga, memanfaatkan dengan bijak dan
melestarikan sumber pangan, baik untuk kesehatan kita sendiri maupun ekosistem.
1.
Ubah Mindset
Untuk melakukan suatu tindakan, tentu kita pasti
mempunyai dasar tertentu yang kita tanamkan dalam hati dan pikiran. Sebuah niat
yang dilakukan terus secara konsisten hingga membentuk suatu mindset yang
menjadi dasar kenapa kita melakukan hal tersebut.
Sebelum kita melangkah, ada baiknya kita harus
mengubah mindset dulu. Kenapa? Karena disaat kita sudah mulai ragu dengan apa
yang kita lakukan dan orang sekitar juga mulai meremehkan tindakan kita, kita
mampu memberikan dan menjelaskan kepada mereka mengapa kita memulai.
Mulai sekarang, ayo kita tanamkan pada diri kita agar berubah
dan mau melakukan tindakan sekecil apapun yang bisa kita lakukan, serta peduli
dengan lingkungan sekitar, demi anak cucu kita bisa merasakannya di masa depan.
2.
Mulai dari Diri Sendiri
Setiap perubahan besar selalu dimulai dari hal-hal
kecil. Nggak usah berbicara tentang ruang lingkup yang masih belum tentu bisa
kita kontrol, kita mulai dari diri sendiri aja dulu. Asal dilakukan dengan
konsisten, tentu akan mengundang perhatian orang lain.
Mereka yang tertarik dengan apa yang kita lakukan,
mungkin akan bersimpati dan turut melangkah bersama kita juga. Percayalah,
guys, siapa lagi yang akan memulai kalau bukan diri kita sendiri!
3.
Take Action
Setelah menanamkan mindset dan yakin untuk memulai,
segeralah untuk take action!
Yap, karena masalah yang kita hadapi ini terkait
dengan kebutuhan pangan berbanding terbalik dengan ketersediaan pangan. Maka
langkah yang mungkin bisa kita lakukan adalah dengan ikut melestarikannya.
Seperti yang kalian ketahui, jumlah petani sekarang
semakin berkurang. Karena mungkin anak muda jaman sekarang juga menganggap
pekerjaan ini tidak terdengar begitu keren dikalangan mereka. Padahal peran
petani ini sangat besar loh, selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, karena
mereka jugalah Indonesia mendapat julukan negara agraris.
Nggak melulu karena petani, lahan yang akan digarap
juga mulai berkurang seiring dengan berubahnya lahan lahan tersebut menjadi pemukiman
warga ataupun gedung bertingkat.
Ditengah begitu banyaknya masalah yang dihadapi,
lantas kita menyerah? BIG NO!
Suatu keterbatasan akan menjadi peluang jika kita
mampu dan siap dalam berinovasi.
Jaman sekarang teknologi sudah sangat canggih ya,
semuanya jadi terasa mudah untuk mengakses informasi dan berkomunikasi. Karena
itu, tidak ada salahnya untuk coba belajar dan mencari referensi disana,
contohnya mengulik tentang apa yang petani di Jepang lakukan agar tetap bisa
bertani meskipun luas lahan tidak memadai.
Nggak cuma itu aja guys, banyak sekali hal positif
yang bisa kalian lakukan di era digital seperti ini. Segalanya jadi semakin
mudah untuk mengakses berbagai macam hal, belajar hal baru dan melakukan
inovasi terkait dengan masalah yang kita hadapi.
So, ditengah
segala kemudahan sekarang ini, kalian mau, hanya jadi millenial yang hobi
mantengin sosmed doang dengan tatapan hampa dan tanpa hasil apa-apa. Kalo buat
yang menghasilkan mah, gapapa sih. Hehehe.
4.
Bijak dalam Makan dan Memilih Makanan
Masalah kita nggak hanya tentang petani dan lahannya,
tapi juga tentang angka limbah makanan yang dihasilkan masih begitu tinggi.
Mulai sekarang, coba deh untuk menghemat. Ambil
makanan yang emang mau dimakan dan makan dalam porsi yang emang perut kita
perlunya segitu. Jangan berlebihan. Jangan kalap juga ngeliat tampilan makanan yang
semakin unyu unyu terus bikin kita serakah pengen makan semuanya. Itu nggak
baik guys!
Selain bikin gendut, coba pikirin deh, masih banyak
orang dibelahan bumi lain yang belum makan. Nggak usah ngomongin manusia
dibelahan bumi lain, temen kalian yang ngekos itu, coba sekali sekali tanya,
sudah makankah ia hari ini?
Kalau udah gitu, alangkah lebih baiknya kita yang lagi
berlebihan dalam hal makanan berbagi dengan mereka. Tentunya, jangan lupa
perhatikan kebutuhan gizi juga ya!
Pakai rumus 4 sehat, 5 sempurna.
5.
Jangan Cemari Lingkungan
Nggak adil rasanya kalau kita memanfaatkan sumber
pangan dari alam, tapi nggak menjaga alam itu sendiri. Menjaga alam dan
ekosistem didalamnya juga salah satu tugas kita guys!
Contohnya, jangan cemari lingkungan.
Jangan buang sampah sembarangan, terapkan prinsip 3R,
jangan gunakan lagi kemasan sekali pakai, jaga kebersihan sungai, jangan
menggunakan pestisida berlebihan, dan masih banyak hal kecil lainnya yang bisa
kalian lakukan.
Apa aja lagi?
Kalau mau tahu lagi contoh lainnya, kalian bisa follow
akun gerakan peduli lingkungan yang beredar di sosial media dan stalking
kegiatan mereka. Selain mengedukasi, kalian juga jadi semakin tergerak untuk
ikut melakukan gerakan tersebut.
Kuy, isi sosial media kalian dengan konten yang
bermanfaat, jangan cuma dimanfaatin buat stalking mantan sama pacar barunya.
Ups!
Tidak ada komentar
Mari berbagi pendapat dari sudut pandang mu melalui komentar di bawah ini