“Ren, ada yang mau aku
omongin sama kamu”
“Apa, dit?”
“Kita kan temenan udah
lama, sebelumnya aku nggak pernah mikirin ini juga, tapi sejak ngeliat kamu
ditinggalin sama Dannu, ngeliat kamu sering galau dan nggak seceria dulu, aku
jadi pengen ngembaliin senyum kamu lagi..”
“Maksud kamu?”
“Kamu mau nggak
berkomitmen sama aku untuk menganggap hubungan kita ini bukan cuma sekedar
teman lagi? Aku pengen jadi alasan kamu buat tersenyum terus tiap hari, kamu
mau kan?”
Rena terdiam. Mulutnya
menganga tak percaya dengan apa yang terjadi padanya saat itu. Teman SMP nya
yang sangat usil dengan dirinya, sempat menghilang beberapa waktu dan kemudian
datang kembali mengisi hari-harinya dengan jiwa yang baru.
Dito.
Ya, dia yang dulu
sering menjambak rambut Rena, menghilangkan beberapa alat tulis, menyembunyikan
sepatu, dan sering meminta Rena untuk mengerjakan PR nya, kini sudah berubah
menjadi sosok yang amat sangat jauh berbeda.
Setelah 7 tahun lamanya. Secepat itu waktu mengubah segalanya.
“Hei, Ren, Rena..” Ucap
Dito sambil mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah Rena yang masih memasang
tampang tak percaya.
“Hehe, mungkin masih
terlalu cepat buat kamu, Ren, mengingat aku yang baru kembali ke kehidupan kamu
cuma beberapa bulan ini. Tapi...”
“Dit...” sela Rena.
“Ya?”
“Jujur, semenjak kamu
hadir lagi di hidup aku, aku kaget sama semua perubahan kamu, tapi itu yang
bikin aku nyaman sama kamu. Kamu selalu ada disaat aku butuh seseorang untuk
diajak curhat, selalu ada buat aku saat aku dicampakan untuk kesekian kalinya.
Kamu tumbuh jadi orang yang nggak aku sangka, Dit. Kamu membawa warna baru di
hidup aku dan aku juga ingin untuk memulai awal baru lagi sama kamu. Hanya
saja...”
Mata Rena mulai
berkaca-kaca. Sedikit terisak dan terdiam beberapa saat sebelum kembali
melanjutkan ucapannya.
“Hanya saja apa?”
“Tadi pagi Dannu
ngajakin aku balikan lagi,” jawab Rena dengan suara lemah.
“Lantas?” Dito coba
memastikan keputusan Rena.
Rena hanya
menggelengkan kepala. “Aku nggak tahu.” Hanya itu kalimat yang mampu keluar
dari bibirnya.
Terbersit rasa kecewa
di hati Dito. Tadinya ia pikir dengan rasa luka yang sudah diberi Dannu pada
Rena akan membuatnya dengan mudah mendapatkan hati Rena. Nyatanya perasaan gadis
itu masih terlalu dalam untuk lelaki macam Dannu.
Dito hanya tersenyum
samar. Entah dirinya kah yang tak mampu menguasai rasa atau waktu mereka yang
salah untuk bersatu.
***
Satu minggu setelah
kejadian itu, antara Dito dan Rena masih belum berubah. Keduanya masih saling
bertukar cerita, hanya saja Dito mulai jengah. Ia tak bisa selamanya begini.
Begitu pun dengan Rena.
Ia masih belum memutuskan hatinya terfokus untuk siapa, ia masih dengan intens
berhubungan dengan keduanya. Dito. Dannu.
Namun sampai suatu saat
ia menyadari ada perubahan dari sikap Dito. Ia merasa Dito mulai bersikap
dingin, seperti menarik dirinya perlahan dari kehidupan Rena. Entahlah, semoga
ini hanya perasaannya saja.
***
Aku
nggak pernah ngerti bagaimana jalan pikiran wanita. Mau-maunya mereka tetap
bertahan dengan lelaki yang sudah berkali-kali menyakitinya. Hanya dengan
alasan lamanya waktu mereka bersama dan banyaknya kenangan yang pernah terjadi
seperti menjerat gadis itu untuk selalu bersama lelaki macam itu,
pikir Dito sambil memetik asal gitar yang dipangkunya. Ia merasa kalah dari
Dannu!
Beberapa minggu
terakhir ini, tepatnya setelah kejadian itu, Dito juga merasa hambar dengan
Rena. Ia kecewa dan merasa tak tertarik lagi untuk terlibat obrolan dengan
gadis itu, padahal dulu mereka bisa menghabiskan waktu sampai tengah malam
hanya untuk sekedar membahas hal konyol bersama. Seperti tak pernah habis bahan
pembicaraan. Jika saja Rena tak mengantuk, ia yakin obrolan tak berfedah itu
pasti akan terus berlanjut sampai subuh.
Sangat jauh berbeda
sekali dengan apa yang terjadi saat ini. Dito hanya tersenyum masam memikirkan
semua itu. Tiba-tiba.. Drrrtt drrrtttt
Ponselnya berbunyi. Pasti dari Rena, tebaknya.
Benar saja.
Disaat Dito memilih
untuk menarik diri dari kehidupan Rena, gadis itu justru malah sebaliknya. Ia
semakin intens menghubungi Dito, mengajak Dito untuk bertemu, yang tentu saja
selalu ditolak oleh Dito. Tapi Rena tak pernah menyerah. Seperti tak ingin
hubungan mereka merenggang karena kejadian beberapa waktu lalu.
From : Rena
‘Hari ini kita bisa
ketemu. Di kafe biasa ya, sekarang.’
Sebuah pesan dari Rena.
Huh, gadis ini selalu
saja meminta untuk bertemu. “Baiklah, kita selesaikan malam ini,” gumam Dito.
To : Rena
‘Iya.’
Tanpa babibu lagi Dito
pun langsung bergegas menuju tempat yang dimaksud.
***
Tidak ada komentar
Mari berbagi pendapat dari sudut pandang mu melalui komentar di bawah ini